Salin Artikel

Jual Satwa Milik BKSDA Jatim, Direktur Madiun Umbul Square: Karena Situasi

Diketahui, enam satwa milik BKSDA Jatim yang dititipkan di tempat wisata Madiun Umbul Square hilang. Setelah diselidiki ternyata satwa tersebut dijual.

“Itulah kekhilafan kami. Karena memang situasi, dan tidak ada tendensi untuk kepentingan pribadi,” kata Afri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/9/2024).

Afri mengatakan empat dari enam yang dijual atas kesepakan bersama manajemen. Hasil penjualan digunakan untuk menutup pemeliharaan satwa dan ditukarkan satwa jenis bison.

“Awal (penjualan empat pada bulan Maret 2024) itu kesepakatan bersama. Jadi tidak hanya saya,” ungkap Afri.

Sementara dua satwa Antelop yang dijual pada Agustus 2024, kata Afri, menjadi tanggung jawab oknum stafnya. Oknum staf yang menjual dua Antelop itu pun telah dipecat.

Selain itu, staf tersebut juga diharuskan mengembalikan dua satwa Antelop yang terlanjur dijual kepada pembeli di Jepara.

“Itu adalah oknum salah satu karyawan kami yang melepas dua satwa Antelop. Mengapa dia berani karena dia ditekan pihak buyer-nya. Yang bersangkutan kami beri sanksi dikeluarkan. Selain itu oknum itu wajib mengembalikan satwa tersebut dan sudah membuat surat pernyataan,” tutur Afri.

“Kami tidak menerima sama sekali yang seratus juta. Yang terima oknumnya. Sekarang dia mencari pembelinya dan akan segera mengembalikan,” jelas Afri.

Afri mengakui selama pandemi, gaji para pegawainya tidak dibayar. Hal ini lantaran Madiun Umbul Square tutup selama 2,5 tahun.

Untuk mencukupi kebutuhan makan dan minum satwa yang ada di kebun binatang, Madiun Umbul Square meminjam uang kepada Bank Madiun dan pihak ketiga dengan total nilai Rp 1,8 miliar.

Usai pandemi, tingkat kunjungan warga ke Madiun Umbul Square belum pulih normal. Akibatnya pemasukan yang diterima turun drastis.

Sebelum pandemi, Madiun Umbul Square bisa mendapatkan pendapatan tertinggi Rp 500 juta per bulan. Namun usai pandemi, pendapatan perbulan rata-rata Rp 100 juta.

Dengan kondisi pendapatan setelah pandemi, Madiun Umbul Square sering merugi lantaran harus membayar angsuran pinjaman, makan satwa, listrik, air dan banyak hal. Untuk itu, gaji yang diterima karyawan pun tak utuh dan acapkali terlambat.

“Selama pandemi kami tutup dua setengah tahun. Tidak ada bantuan dari manapun. Sehingga saat kami tutup itu kami pinjam ke bank madiun milik pemkab madiun untuk biaya operasional untuk pakan satwa. Selama tutup teman-teman tidak menerima gaji,” jelas Afri.

Ia menambahkan Madiun Umbul Square pernah mendapatkan bantuan penyertaan modal dari Pemkab Madiun sebesar Rp 5 miliar. Namun uang tersebut digunakan untuk investasi berupa pembangunan gedung dan gerbang baru.

Ditanya gaji yang belum terbayarkan, Afri mengatakan, saat ini tinggal satu bulan yang belum terbayarkan kepada karyawan.

Menyoal permintaan BKSDA enam satwa yang dijual harus dikembalikan, Afri mengaku belum menerima surat permintaan tersebut. Pasalnya saat dirinya diklarifikasi di BKSDA tidak ada permintaan tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur menuntut manajemen wisata Madiun Umbul Square mengembalikan enam satwa yang sudah dijual. Bila tidak dikembalikan, akan ditempuh jalur hukum terkait penjualan enam satwa titipan BKSDA Jatim tersebut.

Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur Wilayah I, Agustinus Krisdijantoro menyatakan penuntutan pengembalian enam hewan yang dijual berdasarkan petunjuk pimpinan Balai Besar (BB) KSDA Jatim.

“BB KSDA Jatim akan fokus dulu meminta Madiun Umbul Square mengembalikan satwanya (yang dijual). Tentunya lebih cepat lebih baik,” kata Agus.

Ia mengatakan bila tidak dikembalikan akan ada konsekuensi hukumnya. Untuk itu manajemen Madiun Umbul Square diminta segera mengembalikan enam hewan milik BKSDA Jatim.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/05/220150378/jual-satwa-milik-bksda-jatim-direktur-madiun-umbul-square-karena-situasi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com