Sesuai data resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, kekeringan yang paling parah terjadi di wilayah Kecamatan Panggul Trenggalek.
"Dari data posko BPBD pada Minggu (01/09/2024) kemarin, kekeringan paling luas terjadi di wilayah Kecamatan Panggul. Yaitu terjadi di Tujuh Desa," terang Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Triadi Atmono seusai kegiatan di Kecamatan Gandusari Trenggalek, Senin (02/09/2024).
Di Kecamatan Panggul Trenggalek, kekeringan terjadi di Desa Terbis, Besuki, Ngrencak, Karangtengah, Nglebeng, Banjar, dan Desa Kertosono.
Sedangkan 8 wilayah lainnya yakni Kecamatan Dongko kekeringan terjadi di Desa Pandean. Lalu Kecamatan Karangan terjadi di Desa Jatiprahu.
Kemudian Kecamatan Gandusari di Desa Wonoanti, Kecamatan Durenan di Desa Sumberejo, Kecamatan Bendungan di Desa Sengon, dan Kecamatan Trenggalek di Desa Ngares.
Di Kecamatan Tugu kekeringan terjadi di Desa Pucanganak, Nglinggis, dan Desa Dermosari. Untuk Kecamatan Pogalan kekeringan terjadi di Desa Ngulanwetan, Desa Gembleb, dan Desa Pogalan.
Guna memunuhi kebutuhan air bersih di seluruh wilayah yang terdampak kekeringan, BPBD Trenggalek sudah menyuplai sebanyak 106 tangki air bersih, 78 bak terpal penampung air, serta penunjang lain guna mempermudah warga untuk mendapatkan bantuan air bersih.
"Jadi masyarakat tidak perlu menunggu air dari tangki suplai. Setiap hari disuplai namun bergantian," sambung Triadi.
Kekeringan yang terjadi di wilayah tersebut, setiap musim kemarau terjadi kekeringan. Sebab, sebagiab besar wilayah tersebut berada di wilayah pegunungan.
"Kemungkinan data wilayah yang terjadi kekeringan akan bertambah. Sebagian besar kekeringan terjadi di wilayah yang berada di ketinggian, dan bergantung pada sumber air di masing-masing wilayah," terang Triadi.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/09/02/195305578/kekeringan-19-desa-trenggalek-krisis-air-bersih