Salin Artikel

Ibu Bantah Bustomy Dieksploitasi Ayah Tiri Jadi Pemulung di Bangkalan

Pemaksaan ini terungkap setelah sebelumnya sosok Bustomy tertangkap kamera pembuat konten media sosial, dengan berpakaian lusuh sambil membawa karung. Gambaran itu kemudian menjadi viral.

Namun belakangan, kisah duka Bustomy yang justru terkuak, bahkan hingga Pemerintah melakukan langkah intervensi. 

Kisah dugaan eksploitasi terhadap Bustomy oleh ayah tirinya bermula dari perpisahan kedua orangtua kandung Bustomy beberapa tahun silam.

Setelah itu, Bustomy bersama ibu serta ayah tirinya tinggal di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, karena memang mereka adalah warga Lamongan.

Pada tahun 2018, ibu Bustomy, Khusnul Khotimah (29) menikah dengan Moh. Soleh (40) yang merupakan warga Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Setelah menikah, mereka sempat tinggal di Kabupaten Lamongan, sebelum pada akhir tahun 2021, mereka memutuskan untuk pindah ke Kabupaten Bangkalan, tepatnya di Kecamatan Labang.

Pada saat itulah penderitaan Bustomy dimulai. Bustomy menderita penyakit di saluran pencernaannya, sehingga harus dioperasi.

Mendengar kondisi itu, Pemerintah Bangkalan saat itu berinisiatif untuk membantu Bustomy dengan menanggung biaya operasinya. Meski Bustomy dan keluarganya masih tercatat sebagai warga Lamongan.

Operasi yang dilakukan di RS Dr Soetomo Surabaya itu pun sukses, sehingga Bustomy bisa sembuh dan bisa beraktivitas seperti semula.

Tak sampai di situ, Pemerintah Bangkalan terus mengintervensi kelangsungan hidup Bustomy dan keluarganya, termasuk pendidikan Bustomy.

Bustomy kemudian menempuh pendidikan di salah satu sekolah dasar (SD) di Kecamatan Labang.

Awalnya, semua berjalan lancar. Dalam kesehariannya, Bustomy menempuh pendidikan seperti anak-anak lain seusianya.

Sementara ibunya menjadi pedagang es untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan ayah angkatnya bekerja serabutan.

Namun seiring berjalannya waktu, perjalanan hidup Bustomy berubah. Hal itu dikarenakan Bustomy diduga dipaksa oleh ayah tirinya untuk berpura-pura menjadi pemulung demi menarik simpati dan iba dari masyarakat sekitar, sehingga memberikan uang.

Eksploitasi terhadap Bustomy ini diduga sudah terjadi sejak Bustomy berusia delapan tahun atau sudah terjadi sejak tahun 2023 lalu.

Sampai beberapa minggu belakangan, momen Bustomy sedang menggendong karung dengan pakaian lusuh diabadikan konten kreator, diunggah, dan lalu viral di media sosial Instagram.

Ibu dari Bustomy, Khusnul Khotimah mengaku tidak tahu anaknya viral di media sosial karena mengaku jarang melihat handphone dan membuka media soaial.

Dia justru seolah senang anaknya viral di media sosial dengan keadaan seperti itu. Menurut dia, dengan begitu anaknya tidak dipandang sebelah mata oleh orang-orang.

"Kata orang-orang viral, biar semuanya tahu, bukan memandang Tomy (panggilan Bustomy) sebelah mata."

"Semuanya gak mau temenan sama Tomy, tapi saya bilang ke Tomy, gapapa nak, sekarang gak ada yang peduli sama kamu, nanti besarnya kamu jadi orang yang sukses," kata dia saat diwawancarai, Jumat (30/8/2024).

Ia mengaku sudah melarang anaknya untuk keluar, karena setiap hendak mengais barang bekas di jalanan, Tomy selalu pamit kepadanya.

Menurut dia, meski dilarang Tomy tetap melakukan aktivitasnya memulung barang bekas. Sehingga, dirinya hanya bisa mendoakan agar anak sulungnya itu bisa mendatapkan rezeki.

"Kalau siang saya suruh tidur atau nonton TV atau main HP, tapi pas saya ngeloni adiknya dia berangkat, sehingga kadang ditanyain sama bapaknya kalau pulang kerja. Bapaknya kan kerja," kata dia.

Cerita tentang dugaan eksploitasi Bustomy ini dibenarkan Komandan Koramil Labang Kapten Inf Parnowo, di mana rumah orangtua Bustomy terletak di belakang markas Koramil Labang.

Menurut Parnowo, eksploitasi kepada Bustomy itu sudah diketahui oleh banyak warga sekitar. Sebab, setiap hari, sepulang sekolah, Bustomy langsung disuruh menjadi pemulung oleh ayah tirinya.

Namun menurut dia, Bustomy tidak benar-benar menjadi pemulung, sebab karung yang biasa digendongnya tidak ada isinya.

"Memang ketakutan anak itu sama orangtuanya. Sedangkan karung yang dibawa itu enggak ada isinya, jadi settingan saja itu supaya dapat iba gitu dari masyarakat, sehingga memberikan uang kepada anak ini," ujar dia.

Dia juga mengatakan, Pemkab Bangkalan meminta agar Bustomy tidak lagi disuruh menjadi pemulung agar fokus ke pendidikannya.

Namun ayah tiri Bustomy saat itu sempat menolak dengan alasan agar anaknya itu tetap membantu mencari penghasilan untuk kedua orangtuanya.

"Mau disekolahkan bahkan sampai kuliah, tapi dengan syarat saya diberi uang Rp 200.000 setiap hari karena untuk beli rokok kebutuhan saya," kata dia menirukan perkataan ayah tiri Bustomy.

Pj Bupati Bangkalan Arief M. Edie menegaskan, kondisi kedua orangtua Bustomy masih dalam keadaan sehat. Rumahnya juga permanen, sehingga tidak ada alasan untuk tetap menyuruh anaknya menjadi pemulung.

"Makanya kami minta untuk tidak lagi mulung karena tidak pada tempatnya anak kecil itu bekerja memulung, mereka harus sekolah," kata dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/08/30/170439778/ibu-bantah-bustomy-dieksploitasi-ayah-tiri-jadi-pemulung-di-bangkalan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com