Salin Artikel

Rekening Yayasan Widama Magetan Dibobol Orang Mengaku dari Ditjen Pajak

MAGETAN, KOMPAS.com – Rekening bank milik Yayasan Wira Daksa Utama (Widama) di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, diduga dibobol oleh orang yang mengaku dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak. Modusnya, pelaku mengaku hendak memverifikasi email milik yayasan.

Ketua Yayasan Wira Daksa Utama Sri Gunarsih (35) mengatakan, pelaku mengaku bernama Kevin dan mengaku dari Ditjen Pajak.

Sri tidak menyangka uang yayasan yang disimpan di dalam rekening Bank Syariah Indonesia Cabang Magetan itu dikuras setelah pelaku meminta transfer uang Rp 10.000 untuk biaya materai digital.

“Modusnya mengaku dari Ditjen Pajak mau verifikasi email. Enggak nyangka setelah transfer uang materai 10.000 ada aktivitas transfer tidak saya lakukan,” ujarnya melalui sambungan telepon, Kamis (15/8/2024) malam.

Sri Gunarsih mengaku, sehari sebelumnya dia menerima pemberitahuan melalui email dari alamat email yang mengatasnamakan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan Ditjen Pajak untuk melakukan verifikasi data pajak.

Kemudian, pada Kamis pukul 12.00 WIB, dia mengaku dihubungi melalui video call oleh pelaku dan diminta menginstal aplikasi M-Pajak.

“Saya disuruh download aplikasi M-Pajak. Setelah itu orang yang mengaku Kevin menuntun saya mengisi form yang ada di aplikasi. Meski video call tapi kamera pelaku ini tidak aktif, katanya dia memantau aktivitas saya dari kamera HP saya,” imbuhnya.

Meski agak curiga, Sri mengaku tetap menjalani proses pengisian form yang memakan waktu 3 jam itu karena percaya bahwa pelaku dari Ditjen Pajak untuk memverifikasi yayasan miliknya.

Apalagi, selama memandu pengisian form aplikasi, dia mengaku mendengar ada banyak suara petugas yang mengarahkan pengisian form seperti yang dia lakukan.

Hingga pukul 15.00 WIB, pelaku meminta tanda tangan digital dan meminta biaya materai digital sebesar Rp 10.000.

“Saya tidak berfikir ini penipuan karena tidak ada permintan transfer dana atau tawaran bantuan dan ramai sekali suara petugas yang mengarahkan pengisian form seperti yang saya lakukan. Petugas sempat bercanda juga mengirim uangnya jangan sampai lebih dari Rp 10.000. Sempat berfikir kalau ini penipuan tapi saya pikir pelakunya kalau dia sudah 3 jam kerjanya minta transfer 10.000,” katanya.

Setelah transfer biaya materai, Sri mengaku disuruh menunggu setengah jam untuk memproses validasi data dan untuk menerima kode bahwa data Yayasan Widama telah diverifikasi.

“Saat itu saya iseng buka halaman Ditjen Pajak, baru sadar bahwa saya kena tipu karena ada pemberitahun dari Ditjen Pajak terkait praktik penipuan dengan modus M-Pajak. Saya langsung cek rekening yayasan, ternyata benar ada dua aktivitas transfer Rp 10.000 yang saya lakukan dan ada transfer Rp 1.800.000 yang tidak saya lakukan. Untungnya dana di rekening yayasan tinggal itu, tinggal tersisa Rp 90.000,” ucapnya.

"Saya transfer melalui e-banking. Kemungkinan saat transfer biaya meterai itu dia mendapat akses nomor dan password rekening,” pungkasnya.

Sri belum memutuskan mau melaporkan kasus itu ke polisi atau tidak. Sri mengaku masih fokus mengurus rekening yayasannya usai dibobol.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/08/16/074532678/rekening-yayasan-widama-magetan-dibobol-orang-mengaku-dari-ditjen-pajak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com