Muawanah tidak bisa menyembunyikan rasa gembira dan bersyukur, rumah yang ditempati akhirnya memiliki sambungan listrik sendiri.
Ia mengaku, sebelumnya harus 'numpang' menyambung saluran listrik dari tetangga yang masih terbilang sanak family.
Bahkan, janda dua orang anak ini harus menunggu sampai 20 tahun hingga rumah miliknya memiliki sambungan listrik tersendiri, itupun dari bantuan para pegawai Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Pekerjaan saya buruh di tambak, janda, tidak punya sambungan listrik itu sudah 20 tahun. Alhamdulillah, sekarang sudah punya sambungan listrik sendiri," ujar Muawanah, saat ditemui di sela acara PLN bertajuk 'Light Up The Dream', Kamis (15/8/2024).
Muawanah menjelaskan, guna memenuhi pasokan listrik kebutuhan sehari-hari selama ini hingga kedua anaknya tumbuh dewasa atau sekitar 20 tahun, rumah yang ditempati menyambung listrik dari tetangga yang masih keluarga.
"Senang sekali. Terima kasih PLN diberi sambungan listrik gratis. Sebelumnya nyambung dari keluarga di sebelah rumah, bayarnya paruhan," ucap Muawanah.
Sebagai janda dan hanya berprofesi sebagai buruh di tambak, penghasilan Muawanah memang bisa dibilang tidak seberapa.
Tahun ini Muawanah dapat sedikit bernapas lega. Sebab, putra pertamanya sudah mulai bekerja, sedangkan si bungsu masih duduk di bangku SMA kelas XII.
"Suami meninggal dunia tujuh tahun lalu, yang membuat beban semakin berat. Sementara upah saya sebagai buruh di tambak, sehari biasanya hanya dapat Rp 25.000," kata Muawanah, dengan mata berkaca-kaca.
Sutiah (60) warga Desa Kawistowindu membenarkan bahwa Muawanah sempat menghadapi beban cukup berat dalam menjalani kehidupan.
Meski demikian, saat ini peruntungan mulai mendekat seiring anak Muawanah yang sudah beranjak dewasa.
Anak pertama bernama Bondan Kusuma sudah mulai bekerja di salah satu pabrik di Gresik dan adiknya Arum Murodi menginjak kelas XII SMA. Artinya, sebentar lagi lulus.
"Wes suwe koyok ngono, lagek iki ae mulai penak. Anake seng mbarep wes mulai kerjo, wes rodok mulai penak (sudah lama hidup kesusahan, baru sekarang mulai agak mendingan. Anak sulungnya sudah mulai bekerja, jadi mulai agak mendingan)," tutur Sutiah.
'Merdeka' listrik
General Manager PLN UID Jawa Timur Agus Kuswardoyo menuturkan, PLN sudah sejak lama memang memiliki program 'Light Up The Dream' untuk berbagi dengan sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan saluran aliran listrik ke rumah miliknya.
Jadi, warga yang membutuhkan seperti Muawanah, dapat memiliki sambungan listrik sendiri dan merasakan 'Merdeka' listrik.
"Ini program yang diinisiasi oleh satu pegawai PLN dan diikuti oleh pegawai serentak di Indonesia, untuk menggerakkan jiwa kepedulian kepada masyarakat di sekitar," ujar Agus.
Ia menjelaskan, dana yang terkumpul dari program tersebut adalah sumbangan sukarela dari para pegawai PLN, yang berasal dari sebagian penghasilan mereka.
Kemudian dikumpulkan dan disalurkan kepada warga membutuhkan, berupa sambungan listrik secara gratis.
"Menyumbang masyarakat di sekitar yang belum bisa menikmati listrik. Baik yang belum sama sekali menikmati listrik atau yang dapatnya listrik masih nyalur, sehingga tidak punya kemerdekaan menggunakan listrik sesuai dengan kebutuhan," kata Agus.
Agus menambahkan, bersamaan acara seremonial yang dilaksanakan di rumah Muawanah, juga dilakukan acara serupa serentak di Indonesia.
Khusus di Gresik pada hari yang sama, terdapat sembilan rumah yang mendapat penyambungan listrik secara gratis, termasuk di rumah Muawanah.
"Di Jawa Timur ada 155 pelanggan (dapat bantuan sambungan gratis). Namun sampai dengan Agustus ini, teman-teman di PLN Jawa Timur sudah menyambung sebanyak 1.024 pelanggan," ucap Agus.
Ia berharap, kegiatan yang dilakukan dapat memberikan inspirasi bagi banyak pihak dan instansi, untuk bersama-sama membangun kepedulian terhadap masyarakat sekitar yang membutuhkan sambungan listrik.
Bantuan yang diberikan
Agus mengatakan, selain bantuan sambungan gratis bagi masyarakat sekitar yang membutuhkan, juga ada beberapa sarana penunjang lain yang turut diberikan secara cuma-cuma seperti beberapa bola lampu.
Termasuk, bantuan sembako bagi pemilik rumah dan juga warga lain di desa setempat, yang dianggap membutuhkan.
"Jadi yang diberikan secara gratis itu instalasi, biaya pasang baru, kemudian token pertama (untuk yang mendapat sambungan listrik gratis)," ucap Agus.
Sementara terkait pemilihan warga yang dinilai membutuhkan dan layak mendapat bantuan penyambungan listrik dalam program tersebut, kata Agus, bisa bersumber dari informasi masyarakat yang bakal ditindaklanjuti dan dilakukan pengecekan di lapangan.
"Sumber informasi bisa dari mana saja. Seperti teman-teman YBM (Yayasan Baitul Maal) PLN, termasuk teman-teman di ULP, UP3. Informasi itu kami lihat, kami survei, kemudian mana yang prioritas untuk kami sambung," kata Agus.
Sepengetahuannya, saat ini memang tidak ada warga di Jawa Timur yang rumahnya benar-benar tidak teraliri listrik.
Hanya saja, memang masih banyak warga membutuhkan bantuan lantaran rumah mereka mendapat pasokan listrik dengan menyalur dari tetangga, karena kondisi ekonomi yang tidak mampu.
"Walaupun secara listrik sudah dinikmati, ada sebagian yang belum memiliki meteran tersendiri. Nah inilah yang kami bantu, supaya mereka ini memiliki sendiri dan tidak merepotkan," tutur Agus.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/08/15/214512178/menanti-20-tahun-warga-di-gresik-ini-akhirnya-merdeka-listrik