Salin Artikel

Guru SD Cabuli Siswa di Tuban Dinonaktifkan Setelah Wali Murid Protes

TUBAN, KOMPAS.com - Guru sekolah dasar (SD) di Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah siswanya, dinonaktifkan sebagai pengajar.

Guru berinisial R dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) tersebut saat ini sedang dalam pembinaan di Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban dan tidak diberikan tugas mengajar sambil menunggu kejelasan proses hukum atas kasusnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban, Rahmat Hidayat mengatakan, pembinaan terhadap guru yang diduga melakukan tindakan tidak terpuji itu sudah sejak kasusnya mencuat dan berujung laporan polisi.

"Sudah sejak awal kasus itu muncul, guru tersebut sudah ditarik ke dinas untuk dilakukan pembinaan," kata Rahmat Hidayat kepada Kompas.com, Senin (12/8/2024).

Setelah beberapa bulan pembinaan di kantor Dinas Pendidikan Tuban, guru tersebut sempat akan dipindah tugas sementara untuk mengajar di sekolah dasar lainnya.

Tetapi, mata pelajaran guru R di sekolahan yang dituju sudah terisi dan terpenuhi oleh guru P3K lainnya, sehingga guru R terpaksa tidak mendapatkan jam mengajar.

Guru R pun berencana kembali mengajar di sekolah asal sesuai surat keputusan (SK) penempatan dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Tuban.

"Belum sempat ngajar lagi, wali murid di sekolah dasar tersebut sudah protes minta guru R tidak boleh mengajar lagi," terangnya.

Rahmat Hidayat menyampaikan, saat ini guru yang bersangkutan itu sudah dinonaktifkan mengajar dan ditarik ke kantor Dinas Pendidikan untuk pembinaan sambil menunggu proses hukum.

"Untuk sanksi terberat, kami masih menunggu kejelasan proses hukum yang saat ini sedang ditangani aparat penegak hukum," tuturnya.

Sebelumnya, puluhan wali murid yang terdiri dari ibu-ibu mendatangi kantor kepala SD Negeri di Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, memprotes keberadaan guru sekolah yang diduga cabul pada Sabtu (10/8/2024).

Para wali murid yang datang ke sekolahan tersebut meminta guru berinisial R dipecat dari sekolah karena telah melakukan pelecehan seksual terhadap anaknya.

Bahkan, sejumlah wali murid merasakan sakit mendengar cerita anaknya telah menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum guru tersebut.

"Kami minta dikeluarkan guru itu, jangan sampai kelihatan lagi di sekolah ini," kata wali murid yang mengaku berinisial S, usai menemui kepala sekolah, Sabtu (10/8/2024).

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tuban, AKP Rianto membenarkan adanya laporan pelecehan seksual dari pihak orangtua siswa SD di Kecamatan Soko.

Kasus pelecehan seksual terhadap belasan siswa SD tersebut saat ini sudah naik tahap penyidikan.

"Iya benar kasus tersebut tengah kami tangani. Saat ini sudah naik penyidikan. Kami juga masih memeriksa saksi-saksi lain. Insyaallah minggu depan akan kita gelar,” tandasnya.

Dugaan pelecehan seksual oleh oknum guru berstatus P3K terhadap belasan muridnya itu terjadi sekitar bulan Januari 2024.

Terduga pelaku melakukan aksi pelecehan seksual tersebut dalam kelas saat jam belajar.

Aksi terduga pelaku terbongkar saat para orangtua siswa mendapatkan cerita dari anaknya yang telah menjadi korban pelecehan seksual.

Selanjutnya, pihak orangtua siswa yang tidak terima lalu melaporkan kasus yang menimpa anaknya tersebut ke pihak kepolisian.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/08/12/134701678/guru-sd-cabuli-siswa-di-tuban-dinonaktifkan-setelah-wali-murid-protes

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com