Salin Artikel

Hari Pertama Masuk Sekolah, Siswa SDN di Pamekasan Belajar di Rumah Warga

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Hari pertama masuk sekolah bagi 150 siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Tamberu, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, sangat memilukan. Mereka harus belajar di rumah warga karena sekolahnya disegel oleh warga yang mengklaim sebagai ahli waris pemilik lahan.

Salah satu wali murid, Masyatun mengaku tidak tahu jika sekolah itu disegel. Tiba-tiba, saat anaknya diantar ke sekolah, banyak siswa lain yang tidak bisa masuk ke dalam kelas.

"Sekolahnya disegel karena tanahnya punya warga. Ini awal sekolah yang memilukan bagi anak saya," ujar Masyatun saat ditemui di lokasi, Senin (15/7/2024).

Masyatun tidak ingin anaknya telantar karena tidak ada kelas untuk belajar. Dirinya berharap agar pemerintah segera menyelesaikan masalah sengketa lahan tersebut.

"Bagaimana bisa belajar dengan baik kalau di rumah warga. Tidak ada fasilitas untuk belajar," imbuhnya.

Koordinator Wilayah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Batumarmar, Miftahul Huda memastikan bahwa para siswa tetap mendapatkan pembelajaran yang layak meskipun menempati rumah warga. Ia menekankan kepada guru bahwa mereka harus punya komitmen untuk mendidik para siswa dengan baik.

"Kami sedang memikirkan cara terbaik agar mereka bisa belajar dengan baik. Kalau urusan sengketa tanah, bukan wilayah saya," kata Miftahul Huda.

Sementara itu, ahli waris pemilik lahan, Rasidi mengaku sudah beberapa kali bernegosiasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan agar tanah yang ditempati sekolah tersebut dibeli. Namun, sampai sekarang belum ada itikad baik untuk menyelesaikannya.

"Pemerintah sudah siap membayar, tapi menunggu adanya sertifikat tanah. Saat kami hendak bikin sertifikat, para pihak menghindar untuk dimintai tanda tangan," terang Rasidi.

Rasidi sendiri hanya memiliki bukti kepemilikan berupa leter C. Sedangkan pemerintah tidak mau membeli tanah yang tidak bersertifikat.

"Susah dicari solusinya kalau kami mau bikin sertifikat dipersulit. Maka segel sekolah tetap tidak akan dibuka sampai kapan pun," ungkapnya.

Sengketa lahan SDN 2 Tamberu ini sudah berlangsung sejak tahun 2022. Beberapa kali dilakukan mediasi, mulai tingkat desa, tingkat kecamatan, di DPRD Pamekasan hingga ke Bupati Pamekasan, namun sampai saat ini, sengketa ini belum ada solusinya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/07/15/151142978/hari-pertama-masuk-sekolah-siswa-sdn-di-pamekasan-belajar-di-rumah-warga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com