Prof Budi pamit
Polemik tersebut berawal ketika Prof. Budi menyatakan penolakan rencana Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin dalam mendatangkan dokter asing, Kamis (27/6/2024).
Kemudian, Budi mengirimkan sebuah pesan ke grup WhatApp para pengajar Unair, Rabu (3/7/2024). Dia berpamitan ke sejumlah orang karena sudah tidak menjabat sebagai Dekan FK.
"Iya, (pesan) itu kan grupnya dekan ya, ada grupnya dosen-dosen. Saya pamitan karena SK-nya saya terima tadi, sekitar pukul 15.00 WIB," kata Budi saat dihubungi melalui telepon.
Budi mengatakan, ia sempat dipanggil oleh Rektor Unair Prof M Nasih karena pernyataan penolakan dokter asing. Lalu, dia baru mendapatkan surat keputusan (SK) pemecatanya.
"Prosesnya (pencopotan), saya Senin dipanggil terkait dengan statement tidak setuju dengan dokter asing. Terus akhirnya hari Rabu keluar SK-nya," jelasnya.
Merespons kabar tersebut, Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Publik Unair, Martha Kurnia mengatakan, kabar terkait pencopotan jabatan Dekan FK yang diemban Budi itu benar.
"Kami Humas Universitas Airlangga menyatakan bahwa pemberitaan (pemberhentian Budi) tersebut benar adanya," kata Martha saat dikonfirmasi melalui pesan, Kamis (4/7/2024).
Namun Martha tak menjelaskan secara rinci mengenai pemecatan secara mendadak tersebut. Dia hanya mengungkapkan alasan pemberhentian itu merupakan kebijakan pimpinan Unair.
"Alasan atau pertimbangan pimpinan Unair terkait pemberhentian ini adalah merupakan kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik, guna penguatan kelembagaan khususnya di lingkungan FK Unair," jelasnya.
"Kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof Dr dr Budi Santoso SpOG(K) atas semua pengabdian dan jasa-jasanya selama memangku jabatan tersebut," tambahnya.
Gelombang protes
Pemecetan Budi tersebut mendapatkan berbagai respons negatif dari sivitas akademika FK Unair. Salah satunya dalam bentuk karangan bunga yang memenuhi depan Gedung Kampus A Unair.
"Turut hilangnya demokrasi di dunia pendidikan #safeProfBus #untukIndonesiasehat. Prodi Orthopaedi dan Traumatologi FK Unair Surabaya," tulis salah satu karangan bunga.
"Dengan hati yang penuh duka, kami mengenang perjuangan dan dedikasi, serta senantiasa mendukung Prof BUS, semoga keadilan segera ditegakkan, hormat kami," tulis karangan bunga lainya.
Selain itu, sejumlah dosen, alumni dan mahasiswa FK Unair langsung menggelar aksi bertajuk "Save Prof. BUS Dekan Kita, Save Dokter Indonesia", di depan Gedung FK Unair, Kamis (4/7/2024).
Korlab aksi, dr Yan Efrata Sembiring mengatakan, pemberhentian Budi merupakan tindakan yang melanggar konstitusi. Sebab, pernyataan penolakan dokter asing merupakan hak asasi manusia.
“Pemberhentian Prof Budi dari jabatannya sebagai dekan FK Unair karena pendapat yang disampaikan dan dijamin oleh konstitusi adalah bentuk pelanggaran konstitusi," kata Yan saat berorasi.
Dengan demikian, sivitas akademika FK menyatakan penolakan dan meminta agar Rektor Unair segera mengembalikan jabatan yang sudah diemban Budi sejak 2020 tersebut.
“Kita berkumpul, untuk menolak dan menuntut, pertama menolak pemberhentian Budi Santoso sebagai Dekan FK Unair. Kedua, menuntut pimpinan Unair untuk mengembalikan jabatan Prof Budi,” ucapnya.
Bahkan, salah satu pengajar yang juga merupakan ahli bedah saraf Unair, Prof Abdul Hafid Bajamal mengatakan, pihaknya menyatakan siap mogok kerja akibat pencopotan jabatan itu.
"Tidak ada alasan, ketidakadilan dilakukan terhadap Prof BUS (Budi Santoso). Kita akan bergerak mulai sekarang," kata Jamal ketika aksi di depan sejumlah mahasiswa, alumni serta guru besar FK Unair.
"Semua dosen, wakil dekan dan bagian staf FK saya usulkan untuk mogok mengajar mulai hari ini, setuju? Sampai Prof BUS dikembalikan ke tempatnya (sebagai Dekan FK Unair)," tambahnya.
Jamal menyebut, pencopotan Budi sebagai Dekan FK Unair menjadi momentum untuk berani menyampaikan keluhan. Dia berharap semua orang mempunyai sikap yang tegas terhadap rektor.
"Jangan jadi penjilat, jangan jadi munafik karena jabatannya tidak naik. Hari ini semua harus melakukan sikap, harus tegas, tidak bisa lagi kita main sendiko dawuh, bukan zamannya. Kita akademisi," ujarnya.
Sementara itu, mantan Rektor Unair periode 2001-2006, dr Puruhito menilai, keputusan pimpinan kampus terkait pemecatan Budi dari jabatan Dekan FK Unair tersebut tidak sesuai statuta.
Puruhito mengatakan, tindakan Nasih tersebut tidak sesuai dengan prosedur. Salah satunya yang tertulis dalam Pasal 53 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2014 tentang Statuta Unair.
"Prof BUS masih sehat, tidak sakit, tidak studi lanjut, tidak mundur, juga tidak masuk dipenjara atas keputusan pengadilan yang tetap," kata Puruhito di depan Gedung FK Unair, Kamis (4/7/2024).
Selain itu, kata dia, syarat lain dalam proses pemecatan dekan serta wakil dekan di lingkungan Unair juga harus atas persetujuan Senat Unair dan Majelis Wali Amanat.
“Tiga syarat ini, ditambah lima syarat dasar rupanya tidak terlalu dipenuhi oleh pimpinan. Kami sangat berduka cita dan sangat terharu mendengar apa yang terjadi dengan dekan kebanggaan kami,” ujarnya.
Oleh karena itu, Puruhito pun menyebut, pimpinan Unair dalam memecat Budi sebagai dekan terkesan terburu-buru. Seharusnya, menurut dia, ada sanksi lain seperti surat peringatan satu (SP1) hingga SP2.
"Sampai sekarang belum jelas apa sih yang mendasari beliau (Nasih) bertindak secepat itu (memecat Budi). Coba ada prosedurnya, harusnya SP1, SP2 dan seterusnya itu tidak ditempuh," jelasnya.
Selanjutnya, sejumlah perwakilan FK Unair yang berisi sejumlah guru besar dan pengajar mengadakan pertemuan untuk membahas masa depan Budi dengan Rektor Nasih, Jumat (5/7/2024).
Prof Budi jadi Dekan FK lagi
Kemudian, Budi dengan ditemani oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya mengantarkan surat keberatan terkait pencopotanya ke Gedung Rektorat Kampus C Unair, Senin (8/7/2024).
"Isinya klarifikasi dan mempertanyakan alasan dan prosedur apa yang diberlakukan, sehingga begitu singkatnya saya mendapatkan SK (pencopotan jabatan)," kata Budi di Kampus A Unair.
Selain itu, dia berharap, surat keberatan bisa membuka ruang perbincangan dengan Rektor Unair. Hal tersebut bertujuan untuk mencari jalan keluar mengenai permasalahan yang sudah membesar.
"Kami berharap nanti akan timbul dialog yang baik antara kami dengan pimpinan universitas, untuk menghasilkan solusi yang baik demi rumah besar kita Universitas Airlangga," ucapnya.
Akhirnya, Rektor Unair Nasih dan Budi muncul secara bersamaan di Masjid Ulul Azmi, Kampus C Unair, Selasa (9/7/2024). Keduanya terlihat melempar senyum ke wartawan yang sudah menunggu.
"Tentu karena kami sudah menerima surat dari Prof BUS, cuma agak sulit baca surat Prof BUS, tulisan tangan, saya bukan apoteker," kata Nasih di depan Masjid Nurul Azmi.
"Tapi kami paham apa yang disampaikan Prof BUS dan ada alasan bagi kami mengangkat beliau sebagai dekan, ya kita angkat. Sudah selesai," tambahnya.
Namun Nasih masih enggan menjawab alasan dirinya memecat Budi pada Rabu (3/7/2024) lalu. Dia menyebut permasalahan tersebut hanyalah masa lalu.
"(Perkara pemecatan Budi) itu masa lalu, sekarang fokus ke depan untuk Unair yang dicintai bersama. Saya enggak tahu soal pendapat (penolakan dokter asing), yang saya tahu ini sahabat saya dekan," ujarnya.
Selain itu, Nasih menampik adanya intervensi dari Menkes Budi Gunadi dalam proses pemecatan itu. Meskipun, Menkes Budi Gunadi masuk jajaran Majelis Wali Amanat (MWA) Unair periode 2022-2027.
“Oh enggak, enggak ada (intervensi dari Menkes). Enggak ada juga (intervensi pejabat lain), biasa aja, itu proses alami di kita. Kita menemukan keseimbangan baru itu biasa," ucapnya.
Dengan demikian, Budi bakal kembali menjabat sebagai Dekan FK Unair mulai Rabu (10/7/2024). Namun, Nasih tetap tak menjelaskan secara detail terkait SK pencopotanya.
"Mestinya hari ini (Budi mulai ke kantor), tapi hari ini sudah sore. Soal administratif saya tidak tahu, nanti bagian hukum, terpenting mulai besok pagi beliau mulai ngantor kembali," tutupnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/07/10/091952978/polemik-dekan-fk-unair-tolak-dokter-asing-dipecat-dan-picu-protes-hingga