Salin Artikel

Tolak Panen Singkong dan Pergi Berburu, Pria di Probolinggo Tewas Tertembak Senapan Angin di Dahi

Kepala Seksi Humas Polres Probolinggo, Iptu Merdhani Pravita Shanty membenarkan adanya kejadian tersebut.

"Benar. Yusuf meninggal usai tertembak senapan angin temannya," jelas Pravita, Jumat (5/7/2024).

Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) setelah mendapat laporan kejadian tersebut.

Vita, sapaannya, menambahkan, sebelum kejadian, sekitar pukul 10.00 WIB pelapor yang merupakan orang tua korban mengajak Yusuf memanen singkong di ladang.

Namun, Yusuf menolak ajakan tersebut dan memilih berburu dengan temannya.

“Sekitar pukul 15.00 WIB, orang tua korban diberi tahu warga bahwa Yusuf dibawa ke Puskesmas Condong,” jelas Vita.

Di tengah perjalanan, orang tua Yusuf mendapat informasi anaknya telah dibawa ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan.

Mendengar informasi tersebut, orang tua korban pun langsung ke RSUD.

Ia pun bergegas ke rumah sakit dan tiba pada pukul 17.30 WIB. Ia mendapatkan informasi dari istrinya bahwa Yusuf terkena tembak oleh RS.

Tidak lama kemudian, RS bersama I dan A (inisial) datang dan menjelaskan bahwa kejadian tersebut merupakan kecelakaan.

Mereka mengaku Yusuf terkena tembakan senapan angin milik RS saat berburu hewan di hutan Desa Betek Krucil, Kabupaten Probolinggo.

Setelah mendengar keterangan tersebut, pelapor melihat kondisi Yusuf yang telah meninggal dunia dengan luka tembak di bagian dahi.

Orang tua korban pun melaporkan kejadian itu ke polisi.

Di TKP, polisi mengamankan barang bukti, dan memeriksa saksi-saksi serta melakukan serangkaian tindakan penyelidikan lainnya.

Petugas mendatangi rumah RS pada pukul 22.00 WIB pada hari yang sama. Setelah dilakukan wawancara dan konfrontasi dengan bukti yang ada, RS mengakui bahwa dirinya yang menyebabkan meninggalnya Yusuf karena kelalaiannya.

Dalam keterangannya, RS menjelaskan bahwa pada hari itu, sekitar pukul 12.30 WIB, ia bersama dengan temannya A, Z, R, AH, dan Yusuf pergi berburu di hutan Desa Betek.

”Mereka dibagi menjadi dua kelompok. RS, Z dan Yusuf berada dalam satu kelompok. RS berperan sebagai penembak, sementara Z dan Yusuf bertugas sebagai pengusir dan pengambil hewan buruan,” jelas Vita.

Saat berburu, kondisi medan yang penuh semak-semak tinggi membuat jarak pandang menjadi kurang jelas.

Ketika RS hendak menembak sasarannya yang berjarak sekitar 20 meter, terdengar suara teriakan "aduh".

Z segera berlari ke arah Yusuf dan menemukan Yusuf sudah berdarah di bagian dahi.

RS mengakui bahwa ia secara tidak sengaja menembak Yusuf.

Setelah kejadian tersebut, mereka segera membawa Yusuf ke Puskesmas Condong, namun karena kondisi Yusuf yang kritis, ia kemudian dirujuk ke RSUD Waluyo Jati Kraksaan.

Sayangnya, Yusuf dinyatakan meninggal dunia saat tiba di RSUD.

"Hingga kini proses penyidikan masih berlangsung. Informasi terbaru nanti akan disampaikan," pungkas Vita.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/07/05/145346878/tolak-panen-singkong-dan-pergi-berburu-pria-di-probolinggo-tewas-tertembak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com