Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar Christine Indrawati mengatakan bahwa angka kematian bayi tersebut tergolong tinggi jika dibandingkan dengan jumlah kematian bayi di Kabupaten Blitar sepanjang 2023.
“Per hari ini tercatat 50 kasus kematian bayi usia 0 hingga 11 bulan. Angka ini mungkin cukup tinggi karena sepanjang 2023 tercatat 79 kasus. Padahal saat ini tahun 2024 baru berjalan setengahnya,” ujar Christine saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (25/6/2024).
Menurut Christine, latar belakang kelahiran dengan berat badan rendah (BBLR) masih mendominasi kasus kematian pada bayi.
Dalam tiga bulan pertama tahun 2024, tercatat ada 30 kasus kematian.
Dari 30 kasus kematian itu, lanjutnya, BBLR sebanyak 6 kematian (20 persen), kelainan bawaan 8 kematian (26,66 persen), gangguan pernapasan 4 kematian (13,33 persen), diare 2 (6,66 persen), sepsis 1 (3,33 persen), dan lain-lain sebanyak 9 kasus.
Sedangkan dari aspek usia, ujar Christine, sebanyak 23 atau 76,66 persen dari 30 kasus kematian dalam 3 bulan pertama 2024 itu terjadi pada bayi usia kurang dari satu bulan.
Sisanya, 7 kasus atau 23,33 persennya, kata dia, terjadi pada bayi usia 1 bulan hingga usia 11 bulan.
“Dalam kasus kematian bayi ini, sangat mungkin kondisi ibu hamil patut jadi perhatian. Misalnya, kurang gizi, ibu kurang merawat kandungan, atau masalah lain yang menjadikan ibu hamil dalam kondisi psikis tidak bagus,” terangnya.
Christine juga menggarisbawahi adanya faktor usia ibu hamil yang masih terlalu muda turut berpengaruh pada tingginya angka kematian bayi di Kabupaten Blitar.
“Karena memang perempuan siap secara fisik, hormonal, dan mental untuk hamil dan melahirkan itu paling tidak usia 20 tahun,” tuturnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/06/26/131747678/50-bayi-di-kabupaten-blitar-meninggal-dalam-6-bulan-terakhir