Salin Artikel

Pembunuhan Balita di Kediri Terungkap Berkat Kecurigaan Kakek Korban

KEDIRI, KOMPAS.com - Kasus pembunuhan terhadap balita AF (4) di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, yang diduga dilakukan oleh kedua orangtuanya yakni NA (26) dan T (23), terungkap berkat kecurigaan SY (70), kakek korban.

SY merupakan ayah kandung dari NA yang merupakan warga Desa Cerme, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Sedangkan korban dan orangtuanya tinggal di Desa Mbabakan, Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.

SY menuturkan, peristiwa itu bermula saat NA dan T datang berkunjung ke rumahnya di Nganjuk pada Senin (24/6/2024). Saat itu, mereka datang tanpa mengajak korban.

“Lalu saya tanya, ke mana anakmu?” kata SY saat ditemui Kompas.com di lokasi kejadian, Selasa (25/6/2024).

SY mengaku menanyakan keberadaan cucunya itu karena merasa cukup kangen. Apalagi, dirinya merupakan orang yang merawat cucunya itu sejak masih bayi.

SY merawatnya karena saat itu biduk rumah tangga NA dengan suaminya yang pertama pecah, sehingga NA kerap keluar rumah bekerja sebagai asisten rumah tangga untuk menghidupi anaknya itu.

NA sendiri menikah dengan T pada Januari 2024. Lalu pada bulan Februari mereka memboyong korban untuk tinggal di Kediri.

"Baru Februari kemarin pindah sini,” lanjut SY.

SY sampai tiga kali menanyakan keberadaan cucunya itu kepada NA maupun T. Hingga kemudian anak dan menantunya itu baru menjawabnya.

Mereka, kata SY, menyebut korban tidak ikut serta karena sudah meninggal dunia usai terjatuh dan sudah dikuburkan.

"Mereka bilang gitu sambil menangis bersimpuh di pangkuan saya. Sambil minta maaf,” ungkap SY.

SY mengaku kaget karena tidak ada kabar apa pun sebelumnya. SY bertambah kaget saat anak dan menantunya itu mengaku menguburkan jasad cucunya di samping rumah.

Penjelasan itu menurutnya tidak masuk akal sehingga dirinya bergegas mengajak anak dan menantunya itu pulang ke Kediri untuk mengeceknya.

SY mengaku curiga saat pengecekan kuburan yang berlokasi tepat di pinggir tembok rumahnya itu.

"Lalu saya datang ke perangkat desa untuk lapor,” kata kakek berkopiah hitam itu.

Pihak perangkat desa lantas meneruskan laporan itu ke pihak kepolisian diikuti dengan pemeriksaan jenazah korban maupun pemeriksaan kedua orangtuanya.

Dari situ terungkap korban tewas diduga akibat dianiaya orangtuanya sendiri lalu dikubur.

"Saya tidak membayangkan ini terjadi,” pungkas SY.

Sebelumnya diberitakan, warga Dusun Mbabakan, Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dihebohkan dengan tewasnya seorang bocah perempuan yang masih berusia 4 tahun, Selasa (25/6/2024).

Bocah AF ditemukan tewas dan terkubur di samping rumahnya sendiri. Lokasi kuburan yang janggal itu memicu kecurigaan sehingga dilakukan pembongkaran.

NA maupun T saat ini sudah diamankan polisi dan pemeriksaan terhadapnya masih terus berjalan.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/06/25/200838078/pembunuhan-balita-di-kediri-terungkap-berkat-kecurigaan-kakek-korban

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com