Salin Artikel

Lewat 7 Hari, Pencarian 7 Nelayan yang Tenggelam di Madura Dihentikan

Selama 7 hari pencarian, operasi SAR gabungan masih menemukan 1 korban meninggal dunia.

Muhamad Hariyadi, SAR Mission Coordinator (SMC) dalam operasi SAR tersebut, mengatakan, sesuai ketentuan dalam Pasal 34 ayat 1 UU No 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan bahwa jangka waktu operasi SAR paling lama 7 hari.

"Sesuai aturan perundang-undangan, operasi SAR ditutup di hari ketujuh, namun apabila di kemudian hari ditemukan tanda-tanda keberadaan korban, maka operasi SAR dapat dibuka kembali," katanya dikonfirmasi, Kamis (20/6/2024).

Penghentian pencarian, menurutnya, juga sudah dikoordinasikan dengan pihak keluarga korban dan perangkat desa.

"Mereka memahami dan bersepakat menghentikan pencarian," ujarnya.

Pada hari keempat pencarian, Minggu (16/6/2024), sekitar pukul 15.30 WIB, Tim KN SAR 249 Permadi melihat satu jenazah terapung di perairan laut, tepatnya di koordinat 06° 52' 3311)" S 112° 46' 07" E.

Tim KN SAR 249 Permadi untuk mendekati jenazah yang mengapung tersebut. Jenazah tersebut berjenis kelamin laki-laki, dengan ciri-ciri memakai celana jins, kaos hitam dan gelang kain hitam.

Sekitar pukul 16.08 WIB, jenazah tersebut dievakuasi tim sekoci ke atas KN SAR 249 Permadi. Selanjutnya, jenazah dibawa menuju pelabuhan Gresik dan berhasil bersandar sekitar pukul 18.00 WIB.

Pihak berwenang kemudian membawa jenazah ke RSUD Ibnu Sina Gresik guna keperluan identifikasi.

Seperti diberitakan, Sebanyak 16 nelayan yang menumpang dua perahu tertimpa bangunan rumah kontainer PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) di perairan Madura, Jawa Timur. 

Satpolairud Polres Gresik mengungkapkan, peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (11/6/2024) sekitar pukul 23.00 WIB. Para korban berasal dari Kelurahan Kroman dan Blandongan, Kecamatan/Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Para nelayan tersebut mencari besi tua dengan menyelam atau membeli limbah besi bekas dari kapal kapal yang berlabuh.

Pada Selasa (11/6/2023) sekitar pukul 23.00 WIB, kedua perahu tersebut berlindung di area PHE WMO karena kondisi cuaca yang buruk.  

Mereka berlindung di bawah bangunan rumah kontainer yang menggantung milik PT PHE WMO. Cuaca buruk membuat bangunan rumah kontainer tersebut tiba-tiba runtuh dan menimpa kedua perahu tersebut.

Menurut Kasatpolairud Polres Gresik AKP Winardi, delapan nelayan sudah ditemukan dalam kondisi selamat, yaitu Husni, Boyen, Zaini, Budi, Hasan, Khatib, Fatah dan Nok. Tiga orang di antaranya mendapat perawatan di Rumah Sakit Dr Soetomo, Surabaya. 

Selain itu, ada satu nelayan yang ditemukan hari ini dalam kondisi meninggal dunia dengan nama Safaq.

Adapun tujuh nelayan yang belum ditemukan bernama M Lutfi, Wawan, Aris, Mulyono, Abdul Ghofar, Oji dan Haris.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/06/20/125402278/lewat-7-hari-pencarian-7-nelayan-yang-tenggelam-di-madura-dihentikan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com