Bocah yang akrab dipanggil Adit itu memilih tak sekolah karena harus merawat kedua orangtuanya yang sakit stroke.
Adit tinggal bersama dengan sang ayah, Priyanto (48) dan Samini (39) di rumah peninggalan sang nenek yang kondisinya jauh dari kata layak.
Rumah tersebut berada di Dusun Kuningan, Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Beberapa bagian dari rumah itu tak beratap setelah rusak tertimpa pasir letusan Gunung Kelud pada tahun 2024.
Di rumah itu, Adit dengan sabar merawat ayah ibunya yang mengalami stroke. Kedua orangtuanya bukan hanya tak bisa bekerja, namun memerlukan bantuan untuk menjalankan setiap aktivitas.
“Saya yang nyapu, masak, dan mencuci,” ujar Adit saat ditemui oleh Kompas.com di rumahnya di Kediri, Selasa (14/5/2024).
Adit mengaku ikhlas merawat orangtuanya, namun sebagai seorang anak, dia juga berharap bisa meneruskan sekolahnya yang terhenti.
“Agar sekolahnya yang terhenti bisa lanjut lagi,” harap Adit.
Sementara itu ayah Adit, Priyanto bercerita sebelum sakit, ia bekerja sebagi tukang bangunan.
Awalnya sang istri yang lebih dulu sakit, namun dirinya ternyata mengalami sakit yang sama sehingga tak bisa bekerja.
“Semoga ke depannya menjadi semakin baik dan Adit bisa sabar,” pungkas Priyanto sambil meneteskan air mata.
Sementara itu Agus Setyo Budi, kakak dari Samini mengatakan, selama ini keluarga tidak pernah lepas tangan dengan kondisi keluarga adiknya itu.
“Samini merantau sejak sebelum tahun 2010. Lalu menikah dapat orang Blitar itu” ujar Agus.
Menurutnya, sejak awal, keluarga sudah meminta Samini dan keluarganya untuk pulang kampung menempati rumah warisan.
Namun permintaan itu ditolak. Pada awal puasa lalu, Samini dan keluarganya dijemput oleh saudara-saudaranya dan berkenan pindah ke Kediri.
Mereka menempati rumah yang berdampingan dengan saudaranya.
“Itu atapnya (rumah) juga sudah kami benahi sedikit agar layak. Kalau tinggalnya di sini antar saudara kan bisa lebih mudah memantaunya," kata dia.
Ia menyebut pihak keluarga juga tetap memberikan dukungan bahkan sempat menjual sebidang tanah untuk pengobatan Samini dan keluarga.
“Jadi keluarga sejak dulu sudah tahu dan peduli. Bukannya kami lepas tangan,” kata dia.
Saat ini rumah yang ditempat Adit mulai direnovasi oleh beberapa donatur.
Setelah sebelumnya menerjunkan empat dinas, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana berkunjung ke rumah Adit.
"Saya ingin Adit bisa sekolah tinggi. Saya mau membantu sampai bisa kuliah. Kami sudah bertemu dan Adit menyatakan mau sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi," kata bupati yang akrab dipanggil Mas Dhito Selasa (21/5/2024).
Ia mengatakan Adit bersama kedua orang tuanya, Samini (39) dan Priyanto (48) baru beberapa bulan ini pindah dari Kota Blitar ke Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah yang merupakan kampung halaman ibunya.
Karena harus merawat kedua orang tuanya yang sakit stroke dan pindah ke Kediri, Adit yang masih duduk di kelas 1 SMP itu pun terpaksa tidak bisa bersekolah.
Supaya bisa melanjutkan sekolahnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Kediri membantu proses perpindahan sekolah Adit dari SMP di Kota Blitar ke SMP Plosoklaten 1 yang paling dekat dengan rumahnya saat ini.
Ia pun berjanji, meski kelak sudah tak menjadi Bupati Kediri lagi, ia akan tetap membantu Adit.
Mas Dhito sangat mengapresiasi Adit, di usianya yang masih anak-anak dia dapat memberikan contoh pelajaran untuk terus berbakti kepada orang tua.
"Kami lakukan yang terbaik untuk menyemangati Adit," ungkap Mas Dhito.
Keluarga Adit yang sebelumnya masih tercatat sebagai warga Blitar pun kini telah pindah menjadi penduduk Kabupaten Kediri.
Mas Dhito menekankan, dengan kondisi yang dialami wawarganya sudah menjadi kewajiban Pemerintah Kabupaten Kediri untuk hadir.
Dalam kunjungannya itu, dengan kondisi rumah yang ditempati, Mas Dhito pun memberikan bantuan sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang diserahkan kepada Priyanto, ayah Adit
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: M Agus Fauzul Hakim | Editor: Pythag Kurniati), Tribun Jatim
https://surabaya.kompas.com/read/2024/05/31/201000578/kisah-adit-bocah-di-kediri-yang-putus-sekolah-untuk-rawat-ayah-ibunya-yang