Salin Artikel

Pelajar SMP di Kota Batu Meninggal Usai Dikeroyok Temannya

BATU, KOMPAS.com - Pelajar salah satu SMP Negeri di Kota Batu, Jawa Timur, meninggal dunia diduga akibat dikeroyok oleh beberapa temannya sendiri.

Korban berinisial RKW (12), warga Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur. Ia masih duduk di bangku Kelas VII.

Adik kembar korban, RKWA mengatakan, kejadian itu bermula pada Selasa (28/5/2024) malam. Korban saat itu diminta untuk mencetak tugas sekolah oleh temannya berinisial A.

Korban menolak karena kondisi sudah petang. Namun, pelaku A tetap bersikeras meminta saat hari itu juga.

"Temannya (pelaku A) tetap tidak mau, terus berkata kasar dan menantang berkelahi dengan kakak saya, tapi kakak saya menolak," kata RKWA, Jumat (31/5/2024).

Pelaku yang merasa tidak terima mengajak korban untuk berkelahi. Lalu pada Rabu (29/5/2024), korban sempat masuk sekolah untuk mengikuti ujian.

Sepulang sekolah, korban minta diantarkan ibunya untuk belajar kelompok. Kemudian, pelaku mengajak korban ke sekitar vila yang berada di Kelurahan Songgokerto. Di sana, korban dikeroyok.

"Tapi entah bagaimana, kakak saya bertemu bersama temannya itu, terus dikeroyok, pulang-pulang dia cerita dipukuli," katanya.

Kemudian, korban diturunkan di dekat Pom Bensin di sekitar wilayah Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu. Korban lalu berjalan kaki menuju rumahnya sekitar 2,5 kilometer.

Sebelum meninggal, korban mengaku dikeroyok dengan tangan kosong oleh dua orang dari lima orang yang hadir saat itu.

A merupakan teman satu kelas korban dan L dari SMP lainnya. Keduanya yang diduga mengeroyok korban. Kemudian, satu orang lainnya merekam video pengeroyokan itu.

Sedangkan, dua orang lainnya yang salah satunya berinisial K hanya diam saja melihat kejadian tersebut.

"Yang mengeroyok dua orang tapi total enam orang (terhitung dengan korban) yang ada di sana, lainnya cuman menemani saja," katanya.


Pada Jumat (31/5/2024) pagi, korban merintih kesakitan di bagian kepala, dada, dan belakang punggung setelah bangun tidur.

Korban selanjutnya melapor ke ibunya, dan sekitar pukul 06.30 WIB dibawa periksa ke Rumah Sakit Hasta Brata Bhayangkara, Kota Batu.

"Jam 11.00 (WIB), kakak saya terasa lemas, dingin dan tidak lama sudah tidak ada (meninggal)," katanya.

Nenek korban, Tuti mengatakan, hasil CT Scan pada bagian kepala korban menunjukkan adanya pendarahan di otak. Keluarga korban sebenarnya tidak merasa keberatan apabila korban dioperasi.

Namun, takdir berkata lain, dan korban meninggal dunia.

"Kalau operasi tidak apa-apa, rencana operasinya jam 1 siang tadi, yang penting selamat, sempat mengeluarkan busa dari hidungnya," katanya.

Menurutnya, keseharian korban merupakan anak yang pendiam, dan jarang keluar rumah. Sedangkan, hobi korban suka mancing bersama ayahnya.

"Saya suka bilang ke anaknya (korban), main-main sana sama temannya," katanya.

Tuti juga mengatakan, pelaku A pernah memukul korban sewaktu semester awal saat awal masuk SMP. Padahal, antara korban dan pelaku tinggal berdekatan atau satu kampung.

"Anaknya memang nakal, teman-temannya tidak suka sama dia (pelaku)," katanya.

Respons wali kota

Sementara itu, Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai merasa prihatin dengan adanya kejadian tersebut. Dia berharap, kejadian tersebut tidak akan terulang lagi.

"Jadi saya sudah mengingatkan, saya bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan, agar mengingatkan lagi jam-jam di luar sekolah agar ada pemantauan yang dilakukan baik oleh sekolah maupun orang tua," katanya.

Dia juga berharap, para orangtua memiliki peran dalam menjaga dan juga mengawasi anak-anaknya di luar jam sekolah. Seperti mengantisipasi, agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif.

"Karena saya mendengar tadi laporan bahwa kejadian ini di luar jam sekolah sebelum mereka pulang sekolah dan dengan alasan kerja kelompok yang tentunya kerja kelompok itu perlu diawasi yang dilakukan di mana tempatnya, di mana," katanya.

Sedangkan bagi para pelaku, Aries menyerahkan penanganan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.

"Karena polisi saya sudah mendengar langkah-langkah pengamanan sementara bagi anak-anak yang ikut dalam perundungan tersebut," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/05/31/180405078/pelajar-smp-di-kota-batu-meninggal-usai-dikeroyok-temannya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com