Aksesori action figure yang dibuatnya adalah tokoh film nasional hingga karakter superhero Marvel dan DC.
Mikhael juga mengerjakan pesanan intelektual property (IP), atau semacam maskot dari berbagai instansi.
Harga karyanya mulai dari Rp 350.000 hingga Rp 8 juta setiap unit tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya.
Dia mengerjakan aksesori action figure dan IP di rumah produksi MY Enterprise miliknya di kawasan Sawojajar, Malang, Jawa Timur.
Mikhael juga dipercaya rumah produksi film nasional Bumilangit untuk menggarap aksesori action figure Gundala dan Gatotkaca.
"Jadi saya menggarap bagian kepala, efek tangannya, sepatu, kalau body atau bagian tubuh beli di negara lain, kemudian itu bisa digabung," kata Mikhael, Jumat (31/5/2024).
Untuk IP, dia pernah mengerjakan pesanan untuk beberapa instansi perguruan tinggi di Kota Malang dan Kantor PDAM di Surabaya.
"Untuk IP ini juga bisa misal orang punya desainnya sendiri, kita buatkan action figure-nya," katanya.
Perajin tersebut dibantu dua kawannya juga membuat diorama base atau latar action figure superhero Marvel dan DC.
Karya-karyanya itu hampir 80 persen dipasarkan ke mancanegara seperti Amerika, Inggris, Kanada, Singapura, Malaysia, Jepang, Taiwan dan lainnya.
"Untuk base diorama, saya membuat seperti untuk tokoh Batman, Spiderman atau tokoh-tokoh dari Marvel dan DC. Orang luar negeri tahu produk saya dari Instagram dan Facebook," katanya.
Dia pun menjelaskan proses pembuatan aksesori action figure atau IP.
Awalnya, desain yang ada di komputer dicetak menggunakan printer 3 dimensi sebagai prototype atau mastering.
Kemudian, hasil prototype dibuat cetakan atau proses molding menggunakan silikon rubber.
Selanjutnya, aksesori action figure atau IP yang dibuat dicetak untuk diperbanyak menggunakan resin atau fiber glass.
"Kemudian ada proses develope-nya, seperti menghaluskan dengan cara mengamplas, juga painting (pewarnaan). Sebelum ada printer 3 D, awalnya saya manual (menggunakan teknik clay)," katanya.
Saat ini, Mikhael bisa membuat action figure atau IP rata-rata sekitar 50 unit dalam satu bulan. Kondisi ini cenderung menurun sejak adanya pandemi Covid-19.
"Dulu di tahun 2017, 2018, 2019 itu setiap bulan sekitar 100 piece, produksi massal. Sewaktu ada Covid-19, menurun sekitar 70 piece, pasca Covid-nya, jadi 30-35 unit. Ini di tahun 2024 mulai membaik lagi," katanya.
Kecintaannya terhadap action figure tidak lepas dari hobinya sewaktu kecil membaca komik DC dan Kapten Amerika. Dia juga senang menggambar tokoh-tokoh yang dibacanya.
Sebagai anak dari keluarga kurang mampu, Mikhael kecil tidak bisa memenuhi keinginannya memiliki mainan action figure.
"Sejak kecil saya tidak pernah membeli mainan karena tidak punya uang. Kemudian saya pikir, kenapa tidak membuat mainan dari karakter komik," katanya.
Dia pun mengakui saat ini di Kota Malang belum ada dukungan ruang bagi perajin seni rupa seperti dirinya.
Mikhael berharap pemerintah bisa jeli membuka ruang seperti mengadakan pameran seni rupa yang tergolong mainan dan hobi.
"Kalau boleh saran, misal di Kayutangan itu ada ruang untuk teman-teman seni seperti ini, karena kan bisa dilihat banyak orang, yang datang juga bukan warga Malang saja, jadi itu bisa menjadi kesempatan besar bagi kami," katanya.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/05/31/114342878/produk-aksesori-action-figure-karya-arek-malang-ini-diminati-hingga