Salin Artikel

Bupati Kediri Bantu Adit Bocah Putus Sekolah karena Merawat Orangtua Stroke

Sebab, bocah yang kini seharusnya duduk di bangku pertama Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu terpaksa berhenti sekolah karena harus merawat ibu dan bapaknya, Samini (39) dan Priyanto (48), yang sama-sama menderita stroke.

Mereka bertiga juga tinggal di sebuah rumah tak layak huni peninggalan keluarga Samini di Dusun Kemuning, Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Hal itu setelah mereka pulang kampung dari Kota Blitar sebagai tempat perantauannya.

Bupati yang akrab dengan sapaan Mas Dhito itu mengunjungi langsung rumah Adit, Senin (20/5/2024). Dia mendorong dan memberikan dukungan moril agar Adit semangat melanjutkan pendidikannya.

"Kamu harus jadi orang. Karena SMP-SMA itu kan prosesnya lama lebih dari lima tahun, bisa jadi saya sudah tidak jadi bupati. Meski suatu saat saya sudah tidak jadi bupati saya akan bantu kamu," kata Bupati Dhito kepada Adit, sebagaimana dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (21/5/2024).

Bahkan Bupati yang tengah menjabat di periode pertama jabatannya itu juga memfasilitasi pendidikan Adit hingga jenjang perguruan tinggi nanti. Dengan pendidikan tinggi itu harapannya nanti bisa mengangkat derajat orangtuanya.

"Aku pingin kamu terus sekolah. Kamu mau kuliahkan, aku akan bantu kamu," kata Dhito.

Mas Dhito mengaku sangat mengapresiasi Adit karena di usianya yang masih anak-anak dia dapat memberikan contoh pelajaran untuk terus berbakti kepada orangtuanya itu.

Sehingga sebagai komitmennya, Mas Dhito selain memberikan akses nomor telepon pribadinya kepada Adit, juga memberikan bantuan komputer jinjing dan perlengkapan sekolah.

Sementara itu, Adit mengatakan, dirinya sangat berbahagia dengan semua fasilitasi yang diberikan oleh Mas Dhito. Dia juga berjanji akan semakin giat belajar dan semangat dalam merawat kedua orangtuanya itu.

“Saya senang sekali. Dan bersemangat,” ujar Adit dalam sambungan telepon dengan Kompas.com, Selasa.

Saat ini, dirinya juga tengah bersiap pindah sekolah SMP dari Kota Blitar ke Kabupaten Kediri. Dirinya akan bersekolah di SMPN Plosoklaten Kediri sebagai sekolah terdekat dari rumahnya, sebagaimana bantuan dari Dinas Pendidikan.

Adapun untuk rumah, Pemkab Kediri juga memfasilitasi pembangunan rumah layak huni yang saat ini tengah berlangsung.

Sebelumnya diberitakan, Adit harus berhenti sekolah karena sebagai anak tunggal harus merawat kedua orangtuanya yang sakit stroke.

Mulanya, mereka tinggal di Kota Blitar dengan menempati sebuah kamar kontrakan. Namun belakangan ibunya sakit stroke menyusul kemudian bapaknya yang bekerja sebagai tukang bangunan juga sakit stroke.

Dengan kondisi yang sulit itu mereka kemudian dijemput keluarga untuk pulang ke Kediri hingga kini.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/05/21/115342078/bupati-kediri-bantu-adit-bocah-putus-sekolah-karena-merawat-orangtua-stroke

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com