Sebab, perempuan itu bisa berangkat ke Tanah Suci dari hasil menjadi tukang pijat keliling.
Warga Jalan Sombo, Semampir, Surabaya tersebut sudah menjadi tukang pijat ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan itu masih digelutinya hingga sekarang, saat sudah berusia senja.
“Penghasilan saya tak tentu, kalau sebentar kadang dibayar 30 ribu, ada juga yang membayar 70 ribu,” kata Supiyah, di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES), Minggu (19/5/2024).
Supiyah sudah memiliki cita-cita bisa menunaikan haji sejak masih muda. Wanita tersebut memiliki keyakinan pekerjaanya bisa membawanya menuju ke Mekkah.
Supiyah mulai membeli emas sedikit demi sedikit hingga terkumpul 60 gram dari hasilnya memijat.
Kemudian, dia menjualnya seharga Rp 25 juta dan langsung mendaftar haji pada 2010.
“Meskipun penghasilan saya tidak tetap, bersyukur sedikit demi sedikit saya bisa nabung untuk haji, yang penting tekadnya kuat,” ujarnya.
Jemaah haji kloter 15 tersebut seharusnya mendapat giliran berangkat ke Tanah Suci tahun 2021. Namun, Covid-19 membuat penerbangannya diundur menjadi 2024.
"Harusnya 2021 berangkatnya, tapi karena Covid-19 itu, akhirnya mundur terus juga ternyata baru sempat ada uang juga untuk melunasi, akhirnya berangkat tahun ini," ucapnya.
Ibu lima anak itu bakal memenuhi permintaan pijat dari jemaah lain jika diminta. Asalkan, hal tersebut tidak mengganggu kegiatanya selama menunaikan ibadah haji.
"Waktu masuk di asrama haji saja sudah ada yang pijat, alhamdulillah dikasih Rp 50 ribu. Ya nanti kalau sudah di Mekkah ada yang minta pijat, ya tetap dilayani kan membantu orang dapat pahala," jelasnya.
Lebih lanjut, Supiyah mengaku sudah menyiapkan doa khusus ketika sudah sampai di depan kabah. Dia berharap selalu diberi kesehatan untuk bisa bekerja sebagai tukang pijat.
"Ya doanya gak banyak-banyak diberi sehat, lancar rezeki dan panjang umur," tutupnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/05/19/174154178/cerita-supiyah-tukang-pijat-asal-surabaya-yang-pergi-naik-haji