Suami istri tersebut mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dari hasil bekerja sebagai pencari rumput.
Saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Haji Surabaya, Paridjan menceritakan awal mula dirinya termotivasi untuk menunaikan ibadah di Tanah Suci.
“Tetangga-tetangga saya banyak yang sudah berhaji," kata Paridjan saat ditemui, Selasa (14/5/2024).
Sempat tak yakin
Paridjan lantas mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke Tanah Suci kepada sang istri.
Namun saat itu Tasriyatun sempat tidak yakin lantaran suaminya bekerja sebagai buruh pencari rumput.
"Istri saya juga bilang, kalau dia ingin kami bisa naik haji seperti tetangga tapi dia pesimistis. Saya ini cuma tukang ngarit, upahnya kecil, istri pun cuma ibu rumah tangga biasa, mana bisa berangkat haji,” ucap dia.
Akhirnya, Paridjan terus meyakinkan sang istri bahwa mereka masih memiliki kesempatan untuk berangkat haji. Dia percaya, dengan niat yang tulus maka doanya ke Tanah Suci akan terkabul.
“Haji kan panggilan ya. Yang uangnya miliaran belum tentu bisa berangkat kalau Allah tidak menghendaki,” kata bapak tiga anak tersebut.
Belasan tahun menabung
Keduanya akhirnya sepakat untuk menyisihkan upah hasil mencari rumput.
Juragannya memberikan Rp 1,8 juta per bulan. Selain itu, Paridjan juga bekerja sampingan sebagai tukang jagal hewan.
”Hasil dari tukang jagal bisa digunakan untuk menambah sedikit tabungan haji. Saya usahakan tiap bulan nabung, jumlahnya tidak tentu, Rp 50.000, Rp 100.000, Rp 300.000, sebisanya saja," ujar dia.
Paridjan pun belasan tahun mengumpulkan uang sejak tahun 2005. Suami istri tersebut kemudian mendaftar haji dan akhirnya tergabung dalam kloter 7 yang akan berangkat dari Embarkasi Surabaya.
https://surabaya.kompas.com/read/2024/05/14/204358878/cerita-pencari-rumput-asal-lamongan-naik-haji-yang-uangnya-miliaran-belum