Salin Artikel

Cerita Relawan Tagana Sahrul Mustofa, Mengabdi untuk Kemanusiaan Jadi Panggilan Jiwa

MALANG, KOMPAS.com – Sahrul Mustofa (47), sedang bersantai di bawah salah satu ruangan sudut Pendopo Kantor Bupati Malang, Jalan Panji, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (9/5/2024) siang.

Ia mengenakan seragam pegawai Pemerintah Kabupaten Malang. Setelan kemeja putih, celana hitam, serta topi bertuliskan Tagana.

Ya, Sahrul Mustofa adalah seorang sopir bus pegawai Pemerintah Kabupaten Malang sekaligus relawana Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial Kabupaten Malang.

Bapak dua anak itu menjadi pegawai honorer Pemerintah Kabupaten Malang sebagai sopir untuk menopang perekonomian keluarganya. Sementara profesi sebenarnya adalah sebagai relawan Tagana.

Ia tercatat sebagai relawan Tagana dari tahun 2018, sejak terbitnya Nomor Induk Anggota Tagana (NIAT). Namun, jauh sebelum itu, ia telah berkiprah di relawan kemanusiaan dan kebencanaan, di bawah naungan relawan swasta, SAR Awangga.

“Tahun 2018 saya diajak teman untuk mendaftar di Tagana, akhirnya saya ikut,” ungkapnya.

Menjadi relawan kemanusiaan bagi Sahrul Mustofa adalah panggilan jiwa. Di Tagana, ia selalu aktif mengikuti kegiatan kemanusiaan, mulai dari membantu evakuasi bencana alam maupun evakuasi kecelakaan dan penemuan mayat.

Ia bekerja bersama dengan personel instansi lain seperti Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Malang, Palang Merah Indonesia (PMI), dan relawan swasta.

“Saya pernah makan-makan dengan anak istri saya di warung. Ketika sedang makan tiba-tiba ada telpon untuk membantu evakuasi penemuan mayat, saya langsung pulang saat itu. Kayak sudah otomatis untuk berangkat,” jelasnya.

Sebagai anggota Tagana, Sahrul Mustofa mendapatkan tali asih setiap triwulan, tapi ia mengaku tidak tahu berapa nilainya. Sebab, baginya tali asih atau gaji sebagai anggota Tagana bukan prioritas, yang penting adalah mengabdi kepada kemanusiaan.

“Saya tidak pernah cek berapa nilainya. Kalau ada pemberitahuan uang masuk, ya sudah saya pakai,” tuturnya.

Ia hanya menyebut, bahwa tali asih yang didapatkannya, tidak cukup untuk memenuhi perekonomian keluarganya. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi tersebut, ia bekerja sebagai sopir pegawai Pemerintah Kabupaten Malang.

“Gaji saya sebagai sopir di bawah UMR Kabupaten Malang. Ya, alhamdulillah cukup,” katanya.

Pria kelahiran Penarukan, Kepanjen, Malang itu menceritakan, dulu ayahnya seorang relawan. Karena itu ia kerap diajak mengevakuasi mayat di sungai maupun evakuasi bencana alam. Seiring berjalannya waktu, antusiasnya di dunia relawan tumbuh. 

“Jadi sejak kecil, meskipun belum mengerti di dunia kebencanaan, saya selalu terpanggil untuk ikut,” ujarnya.

Sahrul mengaku akan terus mengabdi untuk kemanusiaan, meskipun hingga tua nanti. Saat ini, ia pun sudah menyiapkan kedua anaknya untuk mencintai kerja kemanusiaan, dengan cara selalu mengajak terjun mengevakuasi becana.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Malang, Pantjaningsih Sri Redjeki mengatakan, jumlah anggota Tagana Kabupaten Malang yang sudah memiliki NIAT sebanyak 95 orang.

Menurutnya masing-masing anggota Tagana mendapat tali asih sebesar Rp 400.000 per bulan dan Rp 250.00 dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dipotong iuran BPJS ketenagakerjaan.

“Pemerintah Kabupaten Malang belum memberikan tali asih,” tutupnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/05/10/050300278/cerita-relawan-tagana-sahrul-mustofa-mengabdi-untuk-kemanusiaan-jadi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com