KOMPAS.com - Beberapa daerah di Jawa Timur dikenal dengan kearifan lokal yang masih dipegang teguh oleh masyarakat.
Seperti berbagai daerah di Indonesia lainnya, masyarakat Jawa Timur juga memiliki keunikan adat istiadat, tradisi, dan kearifan lokal yang telah dilakukan turun-temurun sejak zaman nenek moyang.
Dikutip dari laman Gramedia, kearifan lokal adalah sebuah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai lingkungan alam tempat mereka tinggal.
Pandangan hidup ini biasanya telah sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Adanya kearifan lokal juga membuat tatanan sosial dan alam sekitar agar tetap lestari dan terjaga di tengah perubahan zaman dan pengaruh budaya luar.
Bahkan di beberapa daerah terdapat beberapa kearifan lokal yang masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat yang telah menjadi daya tarik tersendiri.
Berikut adalah contoh kearifan lokal di wilayah Jawa Timur, yang Kompas.com rangkum dari berbagai sumber.
1. Tradisi Mepe Kasur
Mepe Kasur adalah kearifan lokal yang dimiliki masyarakat suku Osing di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi yang dilakukan pada bulan Dzulhijjah.
Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, mepe kasur menjadi salah satu dari rangkaian kegiatan rutin tahunan bersih desa.
Sebagai bagian dari tradisi, warga akan beramai-ramai mepe kasur atau menjemur kasur di depan rumah masing-masing sejak pagi hingga siang hari.
Proses mengeluarkan dan menjemur kasur dilakukan sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman dengan tujuan agar dijauhkan dari bencana dan penyakit
Sesekali terlihat warga membersihkan debu di kasur dengan cara memukul-mukul kasur tersebut dengan penebah dari rotan.
Uniknya, kasur yang mereka jemur memiliki warna yang seragam, yaitu merah dan hitam. Hal ini karena setiap keluarga yang menikah pasti akan dibuatkan kasur yang sama oleh orangtuanya.
Warna merah memiliki yang arti berani dan hitam memiliki arti langgeng memiliki pesan bahwa dalam berumah tangga maka setiap pasangan harus berani dan langgeng dalam menjalaninya.
Sementara kasur dianggap sebagai benda yang sangat dekat dengan manusia, sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang menempel akan hilang.
Setelah tradisi Mepe Kasur dilakukan, setelahnya akan dilanjutkan dengan arak-arakan barong, ziarah ke makam penjaga desa, dan puncaknya adalah acara selamatan tumpeng sewu.
2. Upacara Kasada
Upacara Kasada adalah kearifan lokal yang dimiliki masyarakat suku Tengger di Pura Luhur Poten, lereng Gunung Bromo.
Dilansir dari laman indonesia.travel, upacara ini menjadi ritual rutin masyarakat suku Tengger pada tanggal 15 bulan Kasada setiap tahunnya.
Tujuan dari upacara Kasada awalnya adalah untuk menghormati sosok Kusuma, anak Roro Anteng dan Jaka Seger yang mengorbankan dirinya di kawah Gunung Bromo agar mereka yang ditinggalkan dapat hidup dengan damai.
Konon Kusuma berpesan kepada keluarga dan warga suku Tengger saat itu untuk memberi persembahan untuk Kawah Gunung Bromo.
Seiring berjalannya waktu, warga Tengger yang menjadikan Gunung Bromo sebagai bagian alam yang suci dan pusat dalam kehidupan.
Sehingga upacara Kasada dilakukan sebagai penghormatan dan penyucian melalui ritual pelabuhan dengan melempar sesaji ke dalam kawah.
Makna dari upacara ini tidak berubah hingga saat ini, meskipun bentuk sesajinya mengalami perkembangan, serta ritualnya yang semakin kompleks dengan musik dan tarian adat.
3. Tradisi Petik Laut
Petik laut adalah kearifan lokal yang dimiliki masyarakat pesisir di beberapa wilayah, seperti di Jember, Pasuruan, Blitar, dan Banyuwangi.
Dilansir dari laman Kemendikbud, petik laut merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat pesisir pada bulan Suro.
Tujuan dilaksanakannya petik laut salah satunya karena tradisi ini dianggap dapat memberikan keselamatan kepada masyarakat nelayan pada waktu mencari ikan.
Selain itu, persembahan atau sesaji yang dilarung ke laut menjadi bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas tangkapan ikan yang didapat oleh nelayan.
Setelah acara doa bersama sesaji dibawa beramai-ramai ke pantai dan dilarung di tengah laut.
Kemeriahan acara ini menjadi daya tarik bagi wisatawan dan kerap dikemas sebagai agenda wisata tahunan.
4. Tradisi Toron
Toron adalah kearifan lokal yang dimiliki masyarakat suku Madura jelang Hari Raya Idul Adha.
Dilansir dari Kompas.com, istilah “toron” memiliki makna khusus yang dapat diartikan sebagai toronan atau turunan, sehingga tradisi ini bermakna sebagai upaya untuk merawat keturunan atau keluarga.
Toron biasanya dilakukan oleh masyarakat suku Madura yang ada di perantauan apabila telah cukup memiliki bekal dan dalam kondisi sehat.
Tujuan mereka kembali ke kampung halaman selain untuk merayakan Hari Raya Idul Adha adalah untuk berziarah dan menyambung tali silaturahmi.
Selain itu, orang Madura juga memaknai Hari Raya Idul Adha sebagai waktu untuk bersedekah sehingga merasa harus pulang ke kampung halaman.
5. Tradisi Keduk Beji
Tradisi Keduk Beji adalah kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa Tawun, Kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi.
Keduk Beji dilakukan warga Tawun untuk menjaga sumber mata air Sendang Tawun.
Dilansir dari laman disparpora.ngawikab.go.id, Sendang Tawun memang dipercaya sebagai tempat sakral dan digunakan untuk mengairi lahan pertanian penduduk serta menyuplai air kolam renang di tempat wisata Tawun.
Masyarakat percaya bahwa di Sendang Tawun terdapat satu kekuatan mistis yang yang cukup kuat sehingga tempat tersebut dikeramatkan.
Hal ini terkait cerita rakyat yang dipercaya masyarakat setempat tentang hilangnya Raden Ludrojoyo yang merupakan anak Ki Ageng Metawun ketika topo kungkum di sendang tersebut.
Raden Ludrojoyo dipercaya telah mengorbankan diri dengan bertapa memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk menghidupkan mata air untuk mengairi desa ini.
Secara garis besar, tradisi Keduk Beji dilakukan dengan melakukan pengedukan atau pembersihan dasar sendang.
Rangkaian tradisi Keduk Beji dilakukan dalam serangkaian prosesi adat yang dilakukan sesepuh atau juru kunci setempat.
Sang juru kunci akan “nyilem” atau menyelam kedalam mata air dengan membawa sesaji berupa kendi di dasar sendang dan mengambil kendi yang pernah ditaruhnya setahun lalu.
Tradisi ini akan diakhiri dengan pertunjukan tari tradisional dan kenduri atau selamatan.
Sumber:
gramedia.com
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
surabaya.kompas.com .
banyuwangitourism.com
indonesia.travel
disparpora.ngawikab.go.id
surabaya.kompas.com
https://surabaya.kompas.com/read/2024/04/23/225530078/5-kearifan-lokal-di-jawa-timur-ada-upacara-kasada-dan-toron