Salin Artikel

Kondisi Anak Isa Bajaj yang Diduga Alami Kekerasan di Alun-alun Magetan

KOMPAS.com - Anak komedian Isa Bajaj yang berusia 5 tahun diduga mengalami kekerasan oleh pria tak dikenal saat bermain di Alun-alun Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Kamis (18/4/2024).

Isa mengatakan, pada Kamis malam, putrinya tak bisa tidur.

“Beberapa kali bilang, 'Om jahat tidak pernah minta maaf'," ujar pria bernama lengkap Isa Wahyu Prastantyo ini, Minggu (21/4/2024), dikutip dari Tribun Jatim.

Selain itu, buah hatinya juga mengalami kesakitan saat buang air kecil. Saat ini, Isa menuturkan bahwa kondisi anaknya sudah membaik.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas KB Kabupaten Magetan Indriana Agustin mengungkapkan, kondisi korban sudah ceria.

"Untuk anaknya sudah ceria, tetapi kita memastikan kekerasan yang dialami itu seperti apa, apakah ditendang atau apakah ditabrak karena dari keterangan yang diberikan bahwa kakak itu jahat," ucapnya, Jumat (19/4/2024).

Agustin menjelaskan, korban akan didampingi psikolog untuk mengatasi trauma dan mendapatkan keterangan dari korban.

"Kita jadwalkan Selasa besok untuk pendampingan terhadap korban. Pendampingan psikolog dilakukan untuk mencari keterangan yang jelas, mengingat korban masih anak-anak, keterangan yang diberikan harus dipastikan untuk kekerasan yang dialami seperti apa," ungkapnya.

"Statusnya masih saksi," tutur Kepala Seksi (Kasi) Humas Kepolisian Resor (Polres) Magetan Kompol Budi Kuncahyo, Sabtu (20/4/2024).

Ia menerangkan, polisi masih mendalami dan melakukan pengembangan terhadap kasus ini.

Budi menambahkan, polisi belum bisa memastikan apakah status pria itu akan ditingkatkan menjadi tersangka atau tetap saksi.

"Sabar dulu ya, beri waktu penyidik untuk progres pengembangan," jelasnya.

Mengenai kejadian yang dialami anak Isa Bajaj, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB PP dan PA) Kabupaten Magetan Miftahudin menyebutkan, peristiwa itu dialami korban saat bermain di Alun-alun Magetan, Kamis sore.

Saat bermain, korban ditemani kakaknya. Berdasarkan keterangan orangtua, korban diduga mengalami tindak kekerasan di bagian sensitifnya.

“Informasi dari saksi dan korban, mereka berdua bermain di Alun-alun. Dari pengakuan mereka, korban ditendang oleh seorang pria yang memakai kacamata,” terangnya, Jumat.

Atas kejadian ini, pihaknya memberikan pendampingan kepada korban dan keluarga.

Sementara itu, Isa Bajaj menyampaikan, dirinya belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan anaknya mengalami luka berdarah pada bagian sensitif.

Ketika anaknya pulang, Isa Bajaj mendapati darah di celana dalam korban.

“Anak saya tiap hari bertiga main di alun-alun tanpa saya. Pulang ada luka darah di celana dalamnya," bebernya, Jumat.

Kasus dugaan kekerasan ini telah dilaporkan ke Polres Magetan pada Jumat.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Sukoco | Editor: Pythag Kurniati, Aloysius Gonsaga AE)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kondisi Anak Isa Bajaj usai Alami Kekerasan di Alun-alun Magetan, Tak Bisa Tidur sampai Teriak

https://surabaya.kompas.com/read/2024/04/22/134538078/kondisi-anak-isa-bajaj-yang-diduga-alami-kekerasan-di-alun-alun-magetan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com