Salin Artikel

Cegat Menteri PMK, Pemudik Pelabuhan Jangkar: Kami Tak Dapat Tiket, Tidur 4 Hari di Sini

Pemudik bernama Masruri (37) yang merupakan warga Desa Breka, Kecamatan Raas, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur tersebut memberanikan diri menyampaikan keluh kesah pada Muhadjir. Dia mengaku telah empat hari telantar di Pelabuhan Jangkar.

"Pak tolong kami, kami tidak dapat tiket dan sudah tidur empat hari di sini (Pelabuhan Jangkar)," katanya, Sabtu (6/4/2024).

Masruri meminta kepada menteri agar proses pembelian tiket bisa diakses semua orang.

Menurutnya, meski penjualan sudah dilakukan dengan cara daring, namun banyak yang masih tidak bisa mendapatkan tiket. 

"Meski sistem pembelian tiket online namun masih sulit didapat, karena sistemnya aneh, satu akun bisa memesan banyak tiket dan itu dimanfaatkan oleh calo," katanya.

Muhadjir Effendy yang mendengar keluh kesah pemudik tersebut kemudian memberikan solusi.

Dia langsung menelepon pihak TNI AL agar mendatangkan kapal bantuan untuk bisa mengangkut pemudik-pemudik yang telantar di pelabuhan itu menuju ke Pulau Raas.

"Insya Allah 300 orang dan puluhan motor akan kami angkut menuju Pulau Raas hari ini, sudah kami telepon pihak TNI AL," katanya.

Dia berharap para pemudik yang menyeberang dari Pelabuhan Jangkar menuju pulau sekitar bisa mengakses tiket secara online dengan lebih mudah.

Camat Raas Kabupaten Sumenep, Subiyakto yang sebelumnya sempat datang ke Pelabuhan Jangkar Situbondo mengungkap dugaan praktik percaloan.

"Banyak warga saya yang terkena calo, sistem online yang diberlakukan tidak bisa lepas dari praktik pencaloan," katanya.

Dia menyatakan, sistem pembelian tiket yang diterapkan PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) berisiko mempermudah calo untuk memonopoli tiket.

"Sistem online ini merugikan pemudik, karena melalui website sehingga akses yang bisa masuk hanya beberapa orang, satu orang bisa membeli banyak tiket, apa iya tiket sebanyak 250 tiket habis dalam hitungan menit, akhirnya warga saya banyak beli ke calo," katanya.

Dia menilai bahwa sistem membeli tiket online melalui website bisa diatur sepihak. 

"Seandainya tiket itu dijual seperti membeli tiket kereta api maka saya rasa kejadian ini tidak mungkin terjadi, masalahnya sistem online yang diterapkan hanya tidak begitu dan diatur sendiri oleh servernya," katanya.

Informasi yang diterima Subiyakto, untuk pemudik bisa mendapatkan satu tiket seharga Rp 120.000. Sedangkan untuk harga asli hanya Rp 65.000. Kenaikan tiket mencapai 100 persen.

"Satu tiket Rp 120.000 kalau empat anggota keluarga sudah lebih Rp 500.000," ucapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/04/07/122017378/cegat-menteri-pmk-pemudik-pelabuhan-jangkar-kami-tak-dapat-tiket-tidur-4

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke