Salin Artikel

Kasus DBD di Probolinggo Capai 993 Orang, 12 Meninggal Dunia

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, terus meningkat. Terhitung sejak Januari hingga Maret 2024, terdapat 993 kasus dengan pasien meninggal dunia sebanyak 12 orang.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo Nina Kartika membenarkan jumlah pasien DBD yang meninggal sebanyak 12 orang.

"Pada Januari hingga Maret 2024, sebanyak 12 orang pasien DBD meninggal dunia," kata Nina saat dihubungi Rabu (27/3/2024) malam.

Rinciannya, pada bulan Januari sebanyak 4 orang meninggal dunia, pada Februari 3 orang dan pada Maret sebanyak 5 orang.

Mereka tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Probolinggo.

Nina berharap kasus ini segera turun, apalagi tren belakangan kasus tersebut juga menunjukkan angka penurunan. Pada April diharapkan kasus semakin berkurang.

Menurutnya, tingginya kasus DBD disebabkan karena musim pancaroba yang membuat curah hujan tinggi dan masih belum optimalnya langkah pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Gejala

Nina menambahkan, gejala DBD sama. Pada hari pertama, kedua dan ketiga pasien mengalami panas cukup tinggi. Pada hari keempat dan kelima masa fase kritis dan pada hari keenam dan ketujuh terus membaik hingga pasien sembuh.

"Gejala DBD paling utama adalah suhu panas yang tinggi pada pasien ini yang harus diwaspadai. Jika pasien mempunyai gejala itu diharapkan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat," kata Nina.

Pencegahan

Menurut dia, sebenarnya langkah Pemkab Probolinggo dalam mencegah merebaknya kasus DBD sudah maksimal. Namun, perlu dukungan semua pihak.

Membersihkan lingkungan dan fogging belum cukup. Harus dibarengi dengan aksi pemberantasan sarang nyamuk dengan cara memberantas genangan air bersih yang berisiko menjadi tempat perindukan nyamuk.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo mengimbau warga untuk giat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna mencegah penyebaran demam berdarah.

Bahkan dalam satu rumah harus ada satu anggota keluarga yang menjadi petugas jumantik.

Sebagai langkah pencegahan, Pemkab Probolinggo melalui Dinkes menerapkan strategi penanggulangan yang direkomendasikan berupa Gerakan Bersama. Yaitu, Gema Tjantik alias Gerakan Bersama Tebas Jentik, yang dicanangkan Pj Bupati Probolinggo Ugas Irwanto pada 2023.

Lalu, Bersama untuk Sinergi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagaimana Surat Edaran Pj. Sekda pada Maret 2024.

Dinkes mengajak seluruh pihak menjadi bagian paling penting dalam pencegahan dan pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Probolinggo.

"Kami harap warga saat ini minimal dalam seminggu sekali memberantas tempat perindukan. Kalau menemukan genangan air yang bersih sekecil apa pun, segera dibuang airnya agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk jentik nyamuk," kata Nina.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/27/214431978/kasus-dbd-di-probolinggo-capai-993-orang-12-meninggal-dunia

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com