Salin Artikel

Kisah Pemuda Nganjuk Puluhan Tahun Mengabdikan Diri Jadi Marbut Masjid, Kerap Dipandang Sebelah Mata

Pria itu ialah Hadi Sucipto (40), marbut Masjid Al-Muttaqien.

Siang itu, Senin (25/3/2024), Hadi tengah beristirahat sehabis memperbaiki mesin pompa air sumur yang sebelumnya bermasalah.

“Ini masang (memasang) pompanya sudah selesai,” kata Hadi saat ditemui Kompas.com.

Hadi merupakan salah satu marbut Masjid Al-Muttaqien. Sudah kurang lebih 24 tahun ini pemuda kelahiran Dusun Bonggah, Kelurahan Ploso, itu mengabdikan dirinya di jalan agama dengan menjadi marbut.

“Saya sudah lama jadi marbut, mulai saya masih kelas 1 STM Muhammadiyah Nganjuk (sekarang SMK Muhammadiyah 1 Nganjuk) tahun 2000-an,” kenang Hadi.

Berbagai pekerjaan mulai dari membersihkan masjid, halaman, hingga toilet masjid, menjadi tanggung jawab Hadi bersama kolega saban harinya.

Jadi marbut karena wasiat

Hadi lantas menceritakan awal mula dirinya bisa menjadi marbut Masjid Al-Muttaqien. Hal ini bermula dari wasiat salah satu takmir Masjid Al-Muttaqien yang kini telah wafat.

“Pengurus lama yang ngasih amanah, ojo sampek bok tinggal masjid te (jangan sampai kamu tinggal masjid ini),” kenang Hadi menirukan perkataan sang takmir yang kini telah berpulang.

Sang takmir memberikan wasiat bukan tanpa sebab. Alasannya karena ayah dari Hadi, yakni Mulyadi, sudah lama menjadi marbut Masjid Al-Muttaqien. Adapun Mulyadi telah berpulang sejak tahun 2011 silam.

“Walaupun bapak saya tidak mengatakan untuk meneruskan, tapi takmirnya itu minta (saya) melanjutkan. Karena waktu itu bapak saya kan sudah menanjak tua, gitu,” ujarnya.

Sempat jadi TU

Setelah menamatkan studinya di STM Muhammadiyah Nganjuk, Hadi sempat ditarik menjadi staf Tata Usaha (TU) SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk.

Lokasi SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk sendiri bersebelahan dengan Masjid Al-Muttaqien.

“Jadi staf TU itu mulai tahun 2004, itu pas selesai STM,” jelas Hadi.

Namun setelah kurang lebih 14 tahun mengabdi di SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk, Hadi memutuskan untuk mengundurkan diri pada tahun 2018 lalu.

“Saya keluar dari TU karena honornya menurun,” paparnya.

Sebelum pamit dari SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk, Hadi sempat melamar menjadi Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di lembaga yang sama.

Ia nekat melamar menjadi Guru BK berbekal ijazah Strata Satu (S1) prodi BK dari Universitas Nusantara PGRI Kediri yang dimilikinya.

“Saya lulus kuliah di UNP Kediri tahun 2017,” sebutnya.

“Selesai (kuliah) saya kan masih kerja di situ (SMA Muhammadiyah 1 Nganjuk). Saya mengajukan lamaran untuk alih profesi, ternyata dari pihak sekolah tidak mengizinkan, karena masih mengharap saya jadi TU,” lanjut Hadi.

Hadi bercerita, sebenarnya banyak kolega yang menawarkannya bekerja di sekolah lain. Namun ia kesulitan membagi waktu antara megurus masjid dan bekerja di instansi pendidikan.

“Kalau sekolah full day kan otomatis pulangnya sore, saya enggak sanggup,” katanya.

Dipandang sebelah mata

Hadi menjelaskan, pekerjaannya sebagai marbut ternyata masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. 

Hadi bercerita, dua tahun lalu dirinya dikenalkan dengan seorang perempuan untuk dijadikannya istri. Si perempuan itu dengan tangan terbuka menerima Hadi, tapi lain hal dengan keluarganya.

Alasanya karena pekerjaan Hadi yang hanya sebatas marbut.

“Itu baru dua tahun yang lalu, dari perempuan menerima, tapi dari pihak orang tuanya tidak menerima,” beber Hadi.

“La nek pengen karo anakku, nek iso ki metu ko masjid (Kalau ingin berpasangan dengan putriku, kalau bisa tidak jadi marbut),” ucap Hadi menirukan perkataan orang tua si perempuan tersebut.

Memang penghasilan Hadi sebagi marbut tak seberapa. Satiap bulan, pemuda yang tinggal di Masjid Al-Muttaqien ini hanya mendapatkan honor antara Rp 800.000 hingga Rp 1 juta.

“Kalau zaman sekarang itu memang agak sulit, karena penghasilnya enggak maksimal, apalagi untuk berkeluarga,” sebutnya.

Ibadah

Sunardi (49), marbut Masjid Al-Muttaqien lainnya, tak mempermasalahkan kecilnya honor yang diterimanya. Ia mengaku senang karena bisa bekerja sembari beribadah.

“Kalau jadi marbut di sini istilahnya nyaman-nyaman saja,” ucap pria yang sidah lima tahun ini menemani Hadi menjadi marbut Masjid Al-Muttaqien.

Sebelum bekerja menjadi marbut Masjid Al-Muttaqien, Sunardi bekerja serabutan. Lantas ia ditawari oleh salah satu tetangganya untuk menjadi marbut, tawaran itu tak langsung diterimanya.

“Setelah kami pikir-pikir, ya sudahlah sekalian ibadah enggak apa-apa. Biarpun istilahnya dapat (honor) sedikit-sedikit, tapi kan kita kalau namanya di masjid kan bisa sambil ibadah,” tuturnya.

Bantu Fasilitasi BPJS

Menyadari akan minimnya honor marbut, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Nganjuk lantas berinisiatif untuk menfasilitasi marbut dengan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan Kesehatan.

Ketua BAZNAS Kabupaten Nganjuk, Zainal Arifin menjelaskan, tahun 2024 ini pihaknya menargetkan dapat memfasilitasi 1.000 marbut di Kota Bayu, nama lain Nganjuk, agar tercover BPJS.

Namun sejauh ini, kata Zainal, yang telah tereaisasi baru 230 marbut masjid.

“Tahab pertama telah direalisasikan pembayaran premi BPJS Kesehatan untuk 230 marbut masjid,” ucapnya.

“Ini apresiasi BAZNAS kepada para marbut masjid yang mengabdikan diri untuk melayani jemaah di masjid-masjid,” sambung Zainal.

Wakil Ketua I Bidang Pengelolaan dan Pengumpulan Zakat BAZNAS Kabupaten Nganjuk, Muhammad Roissudin menambahkan, program ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada para marbut di Nganjuk.

“Kami melihat eksistensi atau peran marbut-marbut masjid ini sangat penting bagi kemakmuran kenyamanan jemaah di masjid-masjid,” jelas Rois.

“Program ini kami rasa penting menjadi jaminan bagi para marbut masjid untuk masa depan keluarga dan dirinya,” lanjut dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/26/121914378/kisah-pemuda-nganjuk-puluhan-tahun-mengabdikan-diri-jadi-marbut-masjid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke