Salin Artikel

Kisah "Warung Kasih" di Jember, 25 Tahun Warga Katolik Sediakan Buka Puasa Murah untuk Kaum Muslim

Salah satunya dengan mendirikan "Warung Kasih". Warung tersebut menyediakan makanan murah bagi warga Muslim yang berpuasa.

Warung kasih merupakan kegiatan yang digelar oleh Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Kabupaten Jember setiap bulan Ramadhan. Lokasinya terletak di Klinik Kesehatan Panti Siwi, Jalan Kartini, Jember.

“Ini sudah berlangsung selama 25 tahun,” kata Lucia Fransisca Elly Krisnaningsih, Ketua WKRI Jember pada Kompas.com, Rabu (20/3/2024).

Awal mula

Menurut dia, kegiatan itu bermula dari para perempuan jemaat gereja yang pulang dari beribadah.

Mereka berbincang-bincang dengan pada para tukang becak yang mengantar mereka.

“Bapak sudah buka puasa apa belum? Ternyata ada yang bilang sudah dan belum berbuka puasa,” terang dia menirukan percakapan saat itu.

Dari sana kemudian para perempuan itu tergerak untuk membantu para tukang becak yang sedang berpuasa agar bisa mendapatkan makanan dengan mudah.

Para tukang becak itu tidak pulang ke rumah karena sedang mencari rizki. 

“Awalnya hanya sedikit, 25 piring waktu itu, lalu nambah setiap tahunnya,” ucap dia

Sekarang, lanjut dia, WKRI sudah menyediakan sekitar 200 bungkus nasi murah pada warga yang berpuasa.

Awalnya, harga nasi yang dijual hanya Rp 500, setiap tahun naik karena kebutuhan pokok yang meningkat sekarang menjadi Rp 3.000.

Nasi yang dijual itu sudah mencakup nasi, sayur dan lauk-pauk, dan minuman teh. Setiap harinya, menunya selalu berubah.

Para pembeli berasal kebanyakan adalah warga sekitar dan para pekerja yang ada di sekitar Alun-Alun Jember dan gereja.

Warung kasih tersebut buka setiap hari pada pukul 16.00 WIB. Kegiatan warung kasih tersebut sempat berhenti ketika pandemi Covid-19 melanda. Namun kembali buka setelah pandemi berakhir.

Toleransi beragama

Elly menyebutkan kegiatan warung kasih tersebut merupakan wujud toleransi beragama yang ada di Kabupaten Jember.

Menurut dia, ketika sudah waktunya berbuka puasa, banyak orang yang pulang ke rumah untuk makan bersama keluarga.

“Namun mereka yang tidak bisa pulang karena bekerja kan kasihan,” ucap dia.

Untuk itulah, pihaknya mewujudkan ajaran Yesus untuk berbuat kasih pada semua orang, tak memandang agama apa pun.

“Semoga orang yang membutuhkan makanan dengan penghasilan kecil bisa tercukupi,” ucap dia.

Wakil ketua WKRI Irine Dewi Patrianingsih menambahkan kegiatan tersebut ingin menunjukkan bahwa berbagi tidak harus membeda-bedakan latar belakang seseorang.

“Setiap bulan Ramadhan, kami buat nasi bungkus untuk umat yang berpuasa,” tutur dia.

Ia berharap agar kegiatan itu bisa menjadi wadah untuk meringankan beban warga yang sedang berpuasa.

Yono, salah seorang tukag becak di sekitar gereja selalu memanfaatkan warung kasih tersebut. Dia tak melewatkan membeli makanan murah dan lengkap untuk berbuka puasa.

“Saya buka puasanya di sini, ini sangat bermanfaat,” pungkas dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/21/033000978/kisah-warung-kasih-di-jember-25-tahun-warga-katolik-sediakan-buka-puasa

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com