Salin Artikel

Santriwati Buang Bayi di Kediri, Pemilik Ponpes: Baru Mondok 2,5 Bulan

KOMPAS.com - Santriwati yang tega membuang bayi yang baru dilahirkannya di Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur membuat geger.

Hal ini karena pemilik pondok, Mustofa menyebut, santriwati berinisial AS tersebut bukan warga Kediri, melainkan berasal dari Sumatera Selatan (Sumsel).

Ia mengungkap, santriwati itu baru masuk ke pondoknya 2,5 bulan terakhir.

"Alhamdulillah ibu dari bayi sudah ditemukan dan mau mengakui perbuatannya. Anak (ibu bayi) berasal dari Sumatera yang mondok di Jawa Tengah. Baru bermukim di rumah saya sekitar 2,5 bulan. Sama sekali tidak mengira dan menduga anak tersebut melahirkan seorang bayi dan setelah lahir dibuang," terang Mustofa dalam klarifikasinya, dilansir dari TribunKediri.com.

Kronologi

Kapolsek Puncu, AKP Gatot Pesantoro mengatakan, kasus ini terungkap setelah polisi melakukan lidik dan berhasil menemukan pelaku atau ibu dari bayi yang dibuang.

"Setelah penemuan tersebut kami bersama Unit Opsnal Satreskrim Polres Kediri melakukan penyelidikan dan mendapatkan hasil bahwa di salah satu rumah yang tak jauh dari lokasi ada santri yang diduga habis melahirkan," jelas AKP Gatot.

Pihak Unit Reskrim Polsek Puncu bersama Unit Opsnal Satreskrim Polres Kediri kemudian mendatangi lokasi dan melakukan interogasi.

Dari hasil interogasi tersebut, AS mengakui bahwa dirinya telah membuang bayi yang baru saja ia lahirkan tersebut.

"Selanjutnya ibu dari bayi kami bawa ke RS Bhayangkara Kediri untuk mendapatkan perawatan. Sementara bayi yang ditemukan juga dalam kondisi sehat dan tengah dirawat di RS Bhayangkara juga," ungkap AKP Gatot.

Motif santriwati buang bayi

AS mengaku membuang bayinya karena khawatir lingkungan pondok dan keluarga mengetahui bahwa dirinya hamil dan melahirkan bayi.

"Motifnya karena terduga pelaku ini malu dan takut ketahuan telah memiliki bayi. Akhirnya nekat membuang bayi tersebut di rumah warga yang tidak jauh dari pondoknya," kata Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Fauzy Pratama, Rabu (20/3/2024).

AKP Fauzy mengatakan, berdasarkan keterangan yang dihimpun, AS mengakui bahwa dirinya hamil di luar nikah.

Sementara itu, kasus ini masih didalami oleh pihak kepolisian untuk mengungkap siapa ayah bayi ini yang belum diketahui.

"Kasus masih kami dalami karena memang bayi dan ibunya juga masih dalam perawatan. Nanti akan kami informasikan lebih lanjut jika ada fakta terbaru," ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, Supiatun (56), warga Dusun Templek, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur menemukan sesosok bayi di dalam kardus yang tergeletak di teras rumahnya.

Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor (Polres) Kediri Inspektur dua polisi (Ipda) Heri Yuwono mengungkapkan, warga menemukan bayi tersebut setelah pulang dari shalat tarawih di desanya, Minggu (17/3/2024) malam.

Temuan itu seketika menggegerkan warga. Petugas medis dan kepolisian kemudian datang setelah menerima laporan.

“Saat itu oleh perangkat desa dan bidan, bayi kemudian dievakuasi ke puskemas,” ujar Heri Yuwono dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/3/2024).

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Alasan Santriwati di Kediri Buang Bayi di Teras Rumah Warga, Malu dengan Status, Mondok Bawa Aib

Dan PENGAKUAN Santriwati 19 Tahun Buang Bayi Baru Lahir Depan Rumah Warga Kediri, Cerita Hidup TERKUAK

Dan Kyai Ponpes Kediri Klarifikasi, Santriwati yang Buang Bayi Bukan Santrinya : Baru Mukim di Rumah

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/20/205755978/santriwati-buang-bayi-di-kediri-pemilik-ponpes-baru-mondok-25-bulan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com