Salin Artikel

Teka-teki Kematian Wardatun, Suami Sebut Tak Tahu Kejadiannya hingga TKP "Dirusak"

Sementara itu, anaknya yang masih berusia 2,5 tahun mengalami luka sayatan di kaki.

Sang suami menyebut istrinya adalah korban perampokan karena uang Rp 150 juta milik mereka yang tersimpan di lemari, hilang.

Dari hasil keterangan dokter forensik RSUD Ibnu Sina, ada empat luka tusuk di tubuh korban yakni di leher depan, leher belakang dan dada.

Melihat luka yang ada, polisi menyebut korban diduga tak melakukan perlawanan saat peristiwa.

Saat kejadian, Mahfud sedang tidur di ruang tamu dan terpisah dari istri serta anaknya yang berada di dalam kamar.

Kamar tempat korban dan anaknya tidur persis berada di tembok belakang kursi ruang tamu tempat Mahfud mengaku tidur.

Tapi Mahfud mengaku tak tahu kejadian tersebut, termasuk tak tahu dari mana pelaku masuk, tak mendengar suara apapun serta tahu ciri-ciri pelaku.

Kepada polisi, Mahfud mengaku baru tahu istrinya tewas saat bangun tidur pukul 05.00 WIB.

"Suami tidak tahu ciri-ciri pelaku, tidak tahu pelaku masuk, ini yang kami dalami," kata Kasatreskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan.

TKP "dirusak", jenazah sudah dipindah

Saat polisi datang ke tempat kejadian perkara, jasad korban sudah dipindahkan oleh suami dan pihak keluarga.

Jasad Wardatun sudah dimandikan serta ditidurkan dan ditutup kain.

Hal itu membuat lokasi kejadian "rusak". Selain itu petugas menemukan sarung golok di atas kasur.

"Goloknya tidak ada," ujar AKP Aldhino Prima Wirdhan.

Dari keterangan suami korban, yang Rp 150 juta yang disimpan di laci lemari kamar serta ponsel milik Mahfud juga hilang.

Sementara Mahfud saat ditanyai petugas di samping rumahnya mengaku tidak tahu menahu penyebab meninggal istrinya itu.

Ia mengatakan saat kejadian, ia dan sang istri yang baru saja berulang tahun ke-28 pada 9 Maret, tidur terpisah.

"Pertama tahu jam 5 lebih, tak lihat di bawah tempat tidur ada banyak darah. Kemudian saya langsung ke rumah kakak saya," katanya.

Ia juga mengaku bahwa pertama kali yang mengangkat jasad istrinya adalah kakak korban.

"Yang pertama mengangkat jenazahnya kakak saya," tambahnya.

Saat itu ia sempat mengira bahwa istrinya tewas karena bunuh diri.

"Kan tak kira bunuh diri atau apa, tapi kok ternyata barang saya hilang semua. Saya belum tahu ya motifnya apa, ternyata saya lihat loker saya kok hilang semua. Uang senilai hampir 150 juta dan handphone saya hilang," jelasnya.

Ia berasumsi bahwa saat kejadian, istrinya sempat melakukan perlawanan terhadap pelaku.

"Kemungkinan juga istri saya tahu dan melawan," kata dia.

Mahfud beralasan tak melapor karena ia mengira sang istri mengakhiri hidup.

Namun ketukan itu tidak direspons, hingga ia pun kembali ke rumahnya yang ada di samping rumah Mahfud.

Setelah itu Khuzaini ke masjid untuk salat shubuh, dan saat kembali, ia melanjutkan bersih-bersih piring.

Saat itu tak ada kecurigaan soal pencurian yang disebut-sebut lewat pintu belakang.

"Kemudian, tertidur. Tahu-tahu dibangunkan Mahfudl, sambil meminta tolong. Saya langsung lari ke rumah dan masuk kamar. Dan melihat Datun (Wardatun Thoyyibah) terlungkup di lantai. Di kasur juga banyak darah. Sedangkan anaknya masih tidur," kata Khuzaini.

Saat melihat kondisi tersebut, Khuzaini mengaku langsung mengangkat tubuh menantunya ke atas tempat tidur.

Selain itu ia menggendong cucunya yang sedang tertidur. Lalu Khuzaini membersihkan tempat tidur dan membersihkan wajah Datun yang berlumuran darah dengan menggunakan tangan.

"Saya kira digigit ular, sebab terlihat ada lubang-lubang di leher. Dan baju daster yang dipakai juga berlumuran darah. Baru sadar kalau itu pencurian, setelah anak saya (Mahfudl), mengetahui uang di lemari tidak ada dan pintu belakang terbuka," katanya.

Menurut Khuzaini, setelah itu tetangga ramai dan perangkat desa datang. Perangkat desa ada yang lapor ke Polisi. Dan kejadian tersebut membuatnya heran.

"Baru kali ini, ada pencurian juga pembunuhan. Setahu saya, tidak ada kejadian seperti ini," katanya.

Sang anak jadi saksi kunci

NZ, anak korban yang berusia 2,5 tahun disebut menjadi saksi kunci kasus perampokan tersebut. Diduga, NZ mengetahui detik-detik pelaku menghabisi nyawa sang ibu pada Sabtu dini hari.

Saat ini, NZ didampingi oleh Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBPPPA).

Kepala Dinas KBPPPA Gresik, dr Titik Ernawati mengatakan, pihaknya mendampingi secara integratif holistik.

Diapun memfasilitasi dan terus mendampingi melalui psikolog dan psikiater.

"Untuk psikologis, kami sudah melakukan assessment awal, terlihat ada ketakutan," ujarnya, Senin (18/3/2024).

Titik menyampaikan, pemeriksaan anak-anak memang tidak mudah.

Tak hanya saat penyelidikan dan penyidikan, pihaknya juga akan mendampingi saat persidangan.

"Jadi kami akan dampingi terus sampai anak ini bisa beradaptasi dan menyembuhkan dirinya sendiri dari trauma ini. Apabila nanti di persidangan juga harus dalam pendampingan kami," ungkapnya.

Saat ini pihak kepolisian terus melakukan pemeriksaan untuk mengungkap misteri kasus dugaan perampokan dan pembunuhan di Gresik tersebut.

"Kami akan lakukan pemeriksaan terhadap anak korban (NZ). Karena anak korban masih balita, nanti penanganannya dengan metode khusus," ujar Kasat Reskrim Polres Gresik, AKP Aldhino Prima Wirdhan, Senin (18/3/2024).

"Mengingat kondisi psikologis saksi yang masih balita, kami menerjunkan tim penyidik Polwan dalam kasus tersebut. keterangan anak korban perlu didukung dengan alat bukti lain. Serta dipadukan dengan data scientific yang telah dihimpun oleh tim penyidik," tambah dia.

Kanit Pidum Polres Gresik Ipda Komang Andhika Haditya Prabu mengatakan polisi memeriksa sejumlah saksi termasuk suami dan anak korban yang masih balita.

Komang menyebutkan, penyidik kepolisian sempat terkendala sewaktu melakukan pemeriksaan untuk meminta keterangan anak korban yang masih berusia 2,5 tahun.

Kendati demikian, Komang mengakui, secara keseluruhan proses pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak korban mendapatkan hasil.

"Anak bisa bicara, namun belum begitu lancar, kesulitannya di sana," ucap Komang.

Menurutnya sudah ada 10 saksi yang diperiksa yang terdiri dari keluarga dan tetangga.

Proses penyidikan mendapati kendala, sebab tempat kejadian perkara yang sudah berubah akibat jasad korban telah dipindah dari posisi awal.

"Keterangan suami dan anak menjadi hal yang sangat penting. Mengingat saat peristiwa, hanya dua orang tersebut yang berada di dalam rumah,” kata Aldhino.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Hamzah Arfah | Editor: Pythag Kurniati), Tribun Jatim

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/20/131400278/teka-teki-kematian-wardatun-suami-sebut-tak-tahu-kejadiannya-hingga-tkp

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke