Salin Artikel

Histeris Lihat Anak Bungsunya Tercebur Selokan, Eviek: Anakku Mati Bu...

Anak bungsu Eviek Piscesty dan suaminya, Ervan Efendi itu, ditemukan di dalam selokan tanpa penutup berjarak lima meter dari depan kosan yang disewa keluarga.

Eviek, ibu korban berteriak histeris saat menjawab pertanyaan tetangganya yang berdatangan ke kosnya untuk menyampaikan duka cita. "Anakku mati bu...," kata Eviek sambil menangis.

Ninik (65), bibi korban bercerita tak ada saksi mata yang tahu kejadian yang membuat keponakannya tenggelam dan tewas di dalam selokan.

Berdasarkan keterangan ayah korban kepada Ninik, hari itu korban sedang tidur bersamanya. Tanpa sepengetahuan sang ayah, korban diduga terbang dan keluar dari kos.

Menurut Ninik, jarak pintu kos dengan gorong-gorong sangat dekat yakni tak sampai dua depan orang dewasa. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana korban bisa berada di dalam selokan.

Ninik berspekulasi keponakannya terjatuh dalam gorong-gorong di depan kos yang sedikit terbuka di bagian pinggir. Lalu tubuh korban terseret arus air selokan hingga ke selokan tanpa penutup di depan rumah tetangga.

"Iya mungkin. Enggak ada yang tahu jatuhnya dari gorong-gorong itu. Iya mungkin dari sini (sambil menunjuk lubang gorong-gorong depan rumah korban)," ujarnya, saat ditemui awak media di lokasi.

Ninik mengatakan tumbuh kembang keponakannya tak sama dengan balita seusianya. Selama ini AEE bergerak dengan cara menggeserkan tubuhnya di permukaan lantai.

"Iya (stunting). Badannya kurus. Aslinya usianya 5 tahun. Pertumbuhan dan perkembangannya enggak ada," kata nenek empat cucu itu.

Ia bercerita jasad korban ditemukan saat kakek korban, Eko Danu datang ke kosan pada jelang malam dan tak menemukan sang cucu.

Sementara ayah korban yang tidur, langsung terbangun saat tahu anak bungsunya tak ada di sampingnya. Mereka kemudian mencari AEE di berbagai sudut jalan di sekitar kos termasuk ke area sumur.

Karena tak kunjung ditemukan, kakek korban berinisiatif mencari ke area selokan tanpa penutup gorong-gorong di depan rumah tetangganya dengan menggunakan senter karena kondisi sudah malam.

Tak disangka, sang kakek menemukan cucunya tergeletak tak bergerak di dalam selokan. Ia pun berinisiatif untuk mengevakuasi tubuh sang cucu.

Namun karena syok, Eko Danu pun pingsan sebelum mengangkat tubuh sang cucu. Evakuasi pun dilanjutkan oleh sang ayah. Namun setelah berhasil mengangkat tubuh anaknya di tepian, Ervan juga pingsan.

"Kakeknya mau ngangkat tubuh anaknya, langsung mau pingsan. Langsung, bapaknya sendiri yang ambil. Setelah diambil dipindahkan di sana, langsung semaput (pingsan). Jadi sama-sama semaput. Dan korban sudah tidak ada," jelasnya.

Mengetahui hal tersebut, warga pun memberikan bantuan dan membuat laporan ke polis.

Selama proses olah tempat kejadian perkara, ibu korban yang baru pulang dari bekerja sebagai buruh cuci di gerai laundry, hanya bisa menangis sembari menyandarkan kepalanya di tiang teras kosnya.

Ia mengaku tak tahu kronologi yang menewaskan anaknya. Saat kejadian, ia sedang bekerja sementara korban dijaga oleh sang ayah.

"Usianya 5 tahun. Laki-laki. Iya saya kerja. Aku enggak tahu jamnya. Anakku mati," ujar Eviek saat ditemui di kediamannya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh ayahanda korban, Ervan Efendi yang mengaku tidak mengetahui pasti kronologi anaknya bisa keluar kosan.

"Waduh, mboten semerap kulo (saya tidak tahu). Anaknya ngosek-ngosek kalau bergerak. Enggak tahu masuk di lubang sini (depan rumah) atau sana (area selokan tanpa penutup). Jadi saya tadi mengambil anak saya di sana tadi," ujar Ervan Efendi di lokasi.

Sementara itu, Kapolsek Sawahan Polrestabes Surabaya Kompol A Risky Fardian Caropeboka membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan saat siang hari, kakek korban melihat cucunya sedang tidur di rumah.

Namun saat sore hari, keberadaan sang cucu tak diketahui.

"Kemudian dievakuasi oleh ayah korban Erfan Efendi dalam kondisi sudah meninggal dunia. Korban usia 5 tahun, namun belum bisa berjalan karena kondisi kelainan," ujar Risky.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Andhi Dwi Setiawan | Editor: Pythag Kurniati), Surya.co.id

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/08/182800478/histeris-lihat-anak-bungsunya-tercebur-selokan-eviek--anakku-mati-bu-

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com