Salin Artikel

Cerita Korban Keracunan Massal di Magetan, Kepala Pusing, Mual, dan Diare

MAGETAN, KOMPAS.com - Simun (65), warga Desa Dukuh Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, masih terlihat lemah tertidur di ranjang Puskesmas Kecamatan Lembeyan.

Bersama empat warga Desa Dukuh lainnya, Simun mendapat perawatan infus untuk mengembalikan kondisi tubuhnya yang lemah pascadiare karena diduga keracunan menu selamatan selapanan bayi tetangganya.

“Masih lemah tapi sudah membaik. Ini kakak saya masuk ke Puskesmas Kamis (29/2/2024) malam jam 12 karena pusing, mual, muntah, dan diare,” ujar Wagimun, adik Simun saat ditemui di Puskesmas Lembeyan, Magetan, Jawa Timur, Sabtu (2/3/2024).

Wagimun menambahkan, kakaknya hanya menyantap menu pelas, menu selamatan khas di Kabupaten Magetan untuk selamatan selapanan balita.

Sementara nasi yang dimakan merupakan nasi yang dimasak sendiri.

“Pelas itu dari kedelai dibumbui terus dibungkus sama daun pisang yang biasa untuk selamatan. Kakak saya hanya makan pelas sama nasinya punya sendiri, merasa sakit perut mulas, pusing, mual, dan muntah terus diare itu sekitar pukul 12 malam,” imbuhnya.

Wagimun mengaku turut makan menu nasi urap yang disajikan tetangganya untuk selamatan selapanan balita tetangganya. Namun, dia mengaku tak merasakan seperti yang dirasakan kakaknya itu.

Dia mengaku tak mengalami pusing maupun mual.

“Saya ikut makan juga, tapi saya nggak merasakan apa apa. Saya yang mengantar kakak saya ke Puskesmas,” ucapnya.

Warga Desa Dukuh lainnya yang mendapat berkat selamatan selapanan balita, Dwi Ayu Pramesti (25) juga mengaku mengalami sakit perut hingga panas dingin atau demam.

Dia mengaku menyantap berkat selapanan balita tetangganya bersama dengan kedua orangtuanya.

Usai menyantap menu nasi urap dan ayam yang dibumbui tidak terjadi apa apa.

Namun, saat bangun pukul 12 malam, dia mengaku sakit perut yang melilit disertai pusing dan demam hingga diare.

“Makannya habis Isya di rumah sama ibu sama bapak. Ibu saya juga mengalami hal yang sama cuma bapak tidak parah. Sekarang sudah mulai membaik, tidak panas dan tidak pusing lagi,” katanya.

Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Rohmat Hidayat mengatakan, sebanyak 20 warga Desa Dukuh mengalami keluhan sakit perut, mual, pusing, dan muntah serta diare diduga mengalami keracunan makanan usai menghadiri acara selamatan selapanan bayi.

Dinas Kesehatan telah mengambil sample makanan yang diduga menjadi penyebab puluhan warga keracunan.

Dari 20 warga yang keracunan makanan, 5 di antaranya masih menjalani perawatan di Puskesmas Lembeyan karena masih mengalam dehidrasi.

“Ada 5 warga yang masih menjalani rawat inap karena dehidrasi, yang lainnya rawat jalan karena kondisinya telah membaik. Sample makanan yang kita amankan ada nasi urap, ayam, sama kue sudah kita kirim ke Surabaya,” kata dia. 

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/02/220447178/cerita-korban-keracunan-massal-di-magetan-kepala-pusing-mual-dan-diare

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com