Salin Artikel

Perampokan Truk Muatan Rokok Rp 3,1 Miliar di Madiun, 3 Tersangka Ditangkap dan 6 Buron

MADIUN, KOMPAS.com - Satuan Reskrim Polres Madiun, Jawa Timur, menangkap dan menetapkan tiga tersangka pelaku perampokan truk bermuatan rokok senilai Rp 3,1 miliar yang terjadi di ruas Jalan Raya Madiun-Ngawi, Desa Buduran, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada Sabtu (24/2/2024).

Tak hanya itu, polisi juga menetapkan lima orang sebagai buron yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) lantaran terlibat dalam perampokan truk bermuatan rokok asal Kabupaten Malang.

Kapolres Madiun AKBP Muhammad Ridwan menyatakan, ketiga pelaku yang sudah jadi tersangka ditangkap di Jawa Tengah pada Kamis (29/2/2024) malam. Ketiga tersangka itu yakni SPR, WW dan AE.

“Untuk enam orang yang menjadi buron sudah kami tetapkan sebagai DPO yakni DN. UTG. YSF, AGS, WN dan EA,” kata Ridwan saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (2/3/2024).

Mantan Kapolres Magetan ini menjelaskan, saat merampok truk bermuatan rokok, para pelaku membentuk dua tim. Tim pertama sebagai eksekutor dan tim kedua sebagai penjual barang hasil rampokan.

“Jadi perampokan itu direncanakan pada Minggu (18/2/2024). Para pelaku berkumpul di kos WW untuk merencanakan aksi pencuriannya. Pelaku terbagi ke dalam dua tim, tim 1 bertugas sebagai eksekutor dan tim 2 bertugas melakukan transaksi penjualan barang curian. Kemudian tim 1 dengan mengendarai mobil Toyota Avanza warna silver bergerak menuju Malang, Jawa Timur, untuk mencari target pencurian,” kata Ridwan.

Kronologi perampokan

Ridwan mengatakan, pada Jumat (23/2/2024), tim 1 mendapatkan target yaitu kendaraan truk boks merek Isuzu Giga yang bermuatan rokok. Tak lama kemudian, UTG memberitahu WW yang tergabung dalam tim 2 bahwa tim 1 yang mengendarai mobil Toyota Avanza warna silver telah membuntuti target.

“Jadi ini motif tersangka yang berpura-pura sebagai anggota polantas lalu menanyakan surat-surat dari kendaraan tersebut disertai pernyataan bahwa kendaraan truk boks tersebut telah melanggar peraturan lalu lintas,” kata Ridwan.

Tak lama kemudian, pelaku lain berinisial YSF turun dari kendaraan mobil Toyota Avanza dan menghampiri pengemudi truk boks.

Pengemudi truk boks tersebut ditarik paksa oleh pelaku dan dimasukkan ke mobil Toyota Avanza dalam kondisi mata dan mulut ditutup lakban, tangan diikat lakban dan diborgol.

Selanjutnya, kata Ridwan, dua orang pelaku yang semula tergabung di dalam mobil Toyota Avanza warna silver berpindah kendaraan ke truk boks. Kedua kendaraan tersebut, yaitu truk boks dan Toyota Avanza melanjutkan perjalanan melalui jalan tol ke arah Jakarta.

Selanjutnya, tim 1 meneruskan perjalanan dan menurunkan pengemudi truk boks dalam kondisi tangan terikat serta mata dan mulut tertutup lakban di dekat Gerbang Tol Ciledug di wilayah Cirebon, Jawa Barat.

“Selanjutnya WW yang tergabung dalam tim 2 dengan pelaku yang mengemudikan truk boks membuat kesepakatan untuk menjual rokok yang ada di dalam truk boks tersebut. Setelah muatan kosong, truk boks tersebut ditinggalkan di pinggir jalan raya di wilayah Cirebon, Jawa Barat," jelasnya.

Dijual Rp 840 juta

Ridwan mengatakan, rokok yang dijual sebanyak 219 karton dengan nominal sebesar Rp 840 juta. Namun, yang dibayarkan oleh EA selaku pembeli baru setengahnya, yaitu Rp 420 juta.

“Hasil penjualan tersebut dibagi oleh para pelaku, masing-masing memperoleh bagian sebesar Rp 60 juta. Pembagian uang dilakukan di kos tersangka WW,” kata Ridwan.

Tiga tersangka yang sudah ditangkap dijerat dengan Pasal 365 ayat (1), ayat (2) ke-1, ke-2 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan. Sesuai pasa itu para tersangka terancam degan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/03/02/144743378/perampokan-truk-muatan-rokok-rp-31-miliar-di-madiun-3-tersangka-ditangkap

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com