Salin Artikel

Keluarga Santri yang Tewas Dianiaya Curhat dan Minta Bantuan Hotman Paris

Permintaan bantuan hukum itu disampaikan oleh Suyanti (38) Ibu kandung korban, melalui sebuah video pendek. Video tersebut langsung menyebar di media sosial.

Bahkan akun Instagram resmi Hotman Paris juga sempat mengunggah postingan video dari orangtua santri bernama Bintang Balqis Maulana (14) itu.

Dalam video, Suyanti menyampaikan permohonan bantuan untuk mendampingi mereka dalam menuntut keadilan yang menimpa anaknya.

"Assalamualaikum. Selamat malam bapak Hotman Paris, saya ibunya Bintang Balqis Maulana, korban pengeroyokan di pondok pesantren hingga mengakibatkan anak saya meninggal dunia," ujar Suyanti dalam video.

Perempuan asal Kecamatan Glenmore itu juga meminta tolong kepada Hotman Paris untuk dapat mengungkap kasus yang menimpa anaknya tersebut sampai benar-benar tuntas.

"Tolong saya supaya diusut tuntas, supaya mendapatkan keadilan anak saya. Karena pihak Pondok tidak ada menghubungi saya. Tidak ada kata minta maaf sama sekali, hanya melewati kakak saya," ujar Suyanti.

Mia Nur Khasanah (22) kakak kandung korban, juga meminta kepada aparat penegak hukum untuk dapat mengungkap kasus yang menimpa adiknya tersebut secara terang-benderang.

"Ada luka lebam di sekujur tubuh. Ditambah luka seperti jeratan leher. Apalagi di hidungnya juga terlihat patah. Ini sudah pasti bukan jatuh dari kamar mandi, tapi dianiaya," kata Mia, Selasa (27/2/2024).

Menurut Mia penyebab kematian adik tercintanya itu juga mencurigakan. Mia melihat ada satu luka di dada seperti berlubang, yang membuat dirinya semakin yakin Bintang meninggal dunia bukan karena jatuh dari kamar mandi.

"Kami mohon diusut dengan tuntas dan minta keadilan adik saya," ungkap Mia.

Permintaan keluarga korban itu juga langsung direspons oleh pengacara Hotman Paris. Melalui akun Instagramnya, Hotman mengaku akan membantu mengawal kasus ini.

Dia menyatakan akan menerjunkan tim untuk membantu proses hukum keluarga Bintang Balqis Maulana yang meninggal dunia secara tak wajar itu.

"Ya Ibu! Tim Hotman 911 (@ zaskiadhea_ ) akan segera meluncur ke kediri! Halo Kapolres Kediri gimana ini??? (Anaknya menjadi korban penganiayaan hingga meninggal, di salah satu Pondok Pesantren di Kediri. Tapi pihak Pondok Pesantren terkesan tdk peduli tdk bertanggungjawab dan tdk menghubungi ibu korban? Apa benar begini???) Ayok siapa aja pengacara di kediri bisa gabung utk kasus ini di Hotman 911," tulis Hotman di akun pribadinya.

Hotman bahkan meminta kepada Kapolda Jawa Timur, Irjen Imam Sugianto untuk turun tangan dan menangkap para pelaku yang terlibat dalam penghilangan nyawa Bintang Balqis Maulana.

"Halo Kapolda Jatim dan Kapolres Kediri !! Tangkap pelakunya!," ungkap Hotman pada akun Instagramnya.

Tewas

Sebelumnya diberitakan, seorang santri asal Kabupaten Banyuwangi meninggal dunia saat belajar di sebuah pondok pesantren di Kota Kediri, pada Jumat (23/2/2024)

Pihak keluarga yang berada di Kecamatan Glenmore, Banyuwangi kaget, usai mengetahui jasad korban dalam kondisi mengenaskan. Sebelumnya pihak keluarga hanya memperoleh informasi bahwa korban meninggal karena terpeleset.

Namun ditemukan luka jeratan sampai sundutan rokok di tubuh korban.

Karena curiga, mereka lalu melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Glenmore untuk mengetahui penyebab kematian korban. 

Polisi saat ini telah menetapkan empat senior korban sebagai tersangka.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/27/132216178/keluarga-santri-yang-tewas-dianiaya-curhat-dan-minta-bantuan-hotman-paris

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com