Salin Artikel

Mengaku Tak Tahu Santrinya Dianiaya Senior sampai Tewas, Pihak Ponpes: Bilangnya Terpeleset

Pengasuh Pesantren Al Hanifiyah, Fatihunada mengaku mendapatkan kabar salah satu santrinya meninggal dunia pada Jumat (23/2/2024).

Namun pria yang disapa Gus Fatih itu mengaku tidak mengetahui kejadian penganiayaan. Dia hanya tahu bahwa Bintang meninggal karena terpeleset di kamar mandi.

"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata dia, Senin (26/2/2024).

Fatih mengaku tidak tahu menahu terkait kejadian penganiayaan karena sejak awal dia mendapat laporan bahwa Bintang terpeleset.

"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset,” lanjut dia.

Pihak ponpes kemudian memulangkan jenazah ke daerah asalnya di Banyuwangi, Jawa Timur.

Dia pun turut serta mendampingi pemulangan jenazah bersama beberapa pengurus pesantren.

Kejanggalan

Setelah jenazah Bintang dipulangkan pada Sabtu (24/2/2024), keluarga menemukan banyak luka dan lebam di tubuh Bintang.

Kakak Balqis, Mia Nur Khasanah, mengatakan keluarga merasa curiga ketika melihat ceceran darah dari keranda yang berisi jenazah Bintang.

Keluarga sempat ingin membuka kain kafan jenazah, namun dicegah oleh sepupu korban yang ikut membawa pulang jenazah dengan alasan kondisi jenazah sudah disucikan.

"Tapi kami tetap ngotot karena curiga," kata Mia seperti dikutip dari Tribun Jatim.

Setelah membuka kain kafan, keluarga kaget karena wajah dan dada korban penuh luka dan lebam.

Selain itu, terlihat pula luka seperti bekas jeratan pada leher dan hidung korban terlihat seperti patah. Pada kaki korban juga terdapat luka mirip bekas sundutan rokok..

"Ini pasti bukan karena jatuh, tapi dianiaya," tambahnya.

4 senior tersangka

Mia dan keluarga kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Glenmore.

Jenazah Bintang lalu dibawa ke RSUD Blambangan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Setelah melakukan penyelidikan, polisi menyimpulkan bahwa korban merupakan korban pengeroyokan yang dilakukan oleh rekan-rekan sesama santri.

"Empat orang kita tetapkan sebagai tersangka dan kita laksanakan penahanan lebih lanjut,” ujar Kepala Kepolisian Resor (Polres) Kediri Kota Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Bramastyo Priaji di hadapan awak media, Senin (26/2/2024).

Mereka adalah para senior korban yaitu MN (18) pelajar kelas 11 asal Sidoarjo, MA (18) pelajar kelas 12 asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar, serta AK (17) asal Kota Surabaya.

Dari hasil penyidikan, motif para tersangka adalah adanya kesalahpahaman hingga membuat para tersangka menganiaya korban.

Namun pihak polisi masih menyelidiki lebih lanjut soal kesalahpahaman tersebut.

Terkait bentuk penganiayaan, Kapolres mengaku masih terus mendalami kasus ini.

“Kita juga masih dalami keterangan saksi-saksi, termasuk saksi dokter yang menerima jenazah di Banyuwangi,” pungkas Kapolres.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Mondok di Kediri, Santri asal Banyuwangi Diduga Tewas Dianiaya, Jasad Penuh Luka Disebut Terpeleset

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/27/061052478/mengaku-tak-tahu-santrinya-dianiaya-senior-sampai-tewas-pihak-ponpes

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke