Salin Artikel

Keluarga Ungkap Ada Sundutan Rokok di Tubuh Santri yang Tewas Dianiaya

Tubuhnya penuh dengan luka lebam, bahkan pada leher korban terdapat bekas jeratan seperti habis diikat. Tak hanya itu, pada sekujur tubuh juga ditemukan bekas sundutan rokok, warna hitam legam.

Mia Nur Khasanah (22) kakak kandung korban, mengaku mendapat kabar adik tercintanya itu meninggal dunia dari pengasuh pondok pesantren di Kediri, tempat Bintang menimba ilmu.

Pihak pengasuh awalnya memberikan kabar bahwa Bintang telah meninggal dunia karena terjatuh dari kamar mandi.

Mendengar kabar adiknya tak bernyawa, Mia dan Suyanti (38) ibunya, yang saat itu sedang bekerja di Bali langsung kaget dan bergegas pulang.

"Awalnya dikabarkan meninggal karena terjatuh di kamar mandi. Saya langsung bergegas pulang," kata Mia, Senin (26/2/2024).

Tak lama setelah keduanya pulang dari Bali ke Banyuwangi, jenazah korban kemudian sampai di rumah duka di Kecamatan Glenmore.

Keluarga yang menyambut kedatangan jasad Bintang mengaku syok. Anak yang dikenal pendiam itu pulang dari Ponpes Al-Ishlahiyah Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kediri, dalam kondisi tak bernyawa.

Tangis haru pun pecah tak terbendung saat jenazah korban tiba pada Sabtu (24/2/2024) dini hari, dengan diantarkan oleh rombongan perwakilan pondok pesantren.

Tercatat ada lima orang dalam satu rombongan yang mengantar jenazah korban dari Kediri. Empat orang dari perwakilan pesantren, dan satu orang sepupu korban berinisial FTH.

Pihak keluarga awalnya percaya penyebab kematian korban karena terjatuh dari kamar mandi.

Namun kecurigaan mulai muncul saat perwakilan pesantren tidak mengizinkan membuka kain kafan korban.

Saat itu Mia melihat ada ceceran darah yang keluar dari keranda, tempat jasad adiknya dibaringkan. Mia lalu meminta untuk dibukakan kain kafan yang membungkus jasad adiknya itu.

Saat itu, FTH dan pihak pesantren sempat tidak memperbolehkan membuka kain kafan korban, dengan alasan jenazah sudah disucikan. Karena curiga akhirnya pihak keluarga memaksa.

"Katanya sepupu saya sudah suci. Jadi enggak perlu dibuka. Kami tetap ngotot karena curiga ada ceceran darah keluar dari keranda," ujar Mia.

Setelah dibuka, pihak keluarga langsung syok dan kaget melihat kondisi jasad korban yang penuh dengan luka-luka.

Seperti jeratan tali di leher, sundutan rokok berwarna hitam di kulit kaki hingga tulang hidung yang terlihat patah.

"Ada luka lebam di sekujur tubuh. Ditambah luka seperti jeratan leher. Apalagi di hidungnya juga terlihat patah. Ini sudah pasti bukan jatuh dari kamar mandi, tapi dianiaya," imbuh Mia.

Tak hanya itu. Menurut Mia juga ada satu luka mencurigakan pada dada seperti berlubang, yang membuat dirinya semakin yakin adiknya meninggal dunia bukan karena jatuh dari kamar mandi.

Karena merasa ada kejanggalan dalam kematian Bintang, pihak keluarga lalu melapor ke Polsek Glenmore. Jasad korban kemudian dibawa ke RSUD Blambangan untuk dilakukan pemeriksaan.

Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Andrew Vega membenarkan, jasad korban sempat dibawa ke RSUD Blambangan Banyuwangi, untuk dilakukan visum.

"Di RSUD hanya dilakukan pemeriksaan luar (visum) pada jasad korban," kata Andrew Vega.

Jasad Bintang itu dibawa oleh aparat Kepolisian dari Sektor Glenmore ke RSUD Blambangan, usai mendapat laporan dari pihak keluarga.

Menurut Vega, kasus kematian Bintang ditangani oleh Polres Kediri Kota.

"Jadi selanjutnya penanganan kasus ini selanjutnya ditangani Polres Kediri Kota," tandas Vega.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/27/055219478/keluarga-ungkap-ada-sundutan-rokok-di-tubuh-santri-yang-tewas-dianiaya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com