Salin Artikel

Baru 6 Jam Dikuburkan, Makam Nenek di Jember Dibongkar karena Lahannya Ternyata Sudah Dijual

Padahal jenazah Mbah Sumila tersebut baru dikebumikan di hari yang sama yakni pada Sabtu pagi sekira pukul 07.00 WIB oleh anggota keluarganya.

Alasan warga melakukan tersebut karena lahan yang digunakan sudah dijual.

"Tidak boleh dimakamkan disini, disuruh pindah sama pak lurah (mantan kepala desa, red), padahal baru tadi pagi dimakamkan, Ya Allah, ayo semua bantu menggali, kasian almarhumah," ujar salah satu warga yang ikut membantu menggali makam Mbah Sumila.

Setelah menggali kuburan, warga pun mengangkat jenazah Mbah Sumila dari dalam liang lahat untuk dipindahkan.

Warga memikul jenazah Mbah Sumila dengan berjalan kaki dan membaca tahlil menuju lahan milik anggota keluarga untuk dimakamkan.

Jarak kuburan baru sekitar 100 meter. Setelah itu warga kembali menguburkan jenazah Mbah Sumila di liang lahat yang baru.

Suari, keponakan Mbah Sumila bercerita awalnya almarhum dimakamkan di lahan yang sudah dijadikan tempat persemayaman selama 30 tahun.

"Di sini juga sudah ada puluhan makam. Itu area pemakaman leluhur kami yang tua-tua, karena memang itu makam keluarga, gak tau kok area tanah makam ikut terjual," paparnya.

Menurutnya lahan pemakaman Mbah Sumila ternyata telah dijual sehingga pihak keluarga diminta untuk memindahkan kuburan Mbah Sumila.

"Kami juga tak tau siapa yang menjual, yang jelas kami merasa prihatin dan malu, dengan apa yang dialami keluarga kami. Karena menjadi tontonan orang, apalagi lokasi makam dekat dengan jalan desa," ujar Suari.

Menurut Suari, rencananya pihak keluarga akan membawa kejadian tersebut ke ranah hukum dengan melaporkan pemilik tanah ke polisi.

"Kejadian ini membuat keluarga kami shock dan trauma, tentunya juga malu. Insyaallah besok kami akan melaporkan kejadian ini ke Polisi, sekarang kami mau urus pemindahan makam bulek (mbah Sumila) kami dulu," paparnya.

Sementara itu Kepala Desa Tugusari Akhmad Khoiri mengaku prihatin dengan peristiwa tersebut.

Ia mengatakan kejadian tersebut sangat tidak manusiawi. Apalagai alasan pemindahan karena tanah kuburan tersebut sudah dijual ke SA (mantan kepala desa).

"Karena tanah yang dijadikan kuburan, sudah terjual. Padahal kami tahu, makam tersebut sudah lama ada bahkan sudah ada 30 makam, tentunya sudah masuk pemakaman umum," ujar Khoir.

Ia mengaku akan melakukan penyelidikan untuk mengetahui status lahan pemakaan tersebut dan berencana untuk memanggil pemilik lahan.

"Kami akan panggil pemilik tanah, untuk menanyakan riwayat tanah. Terutama tanah yang ada makamnya, secara logika, gak mungkin lahan pemakaman dijual, meskipun itu makam keluarga," ucap dia.

Untuk itu ia mengimbau kepada warga agar tak sembarangan menjual tanah, apalagi lahan tersebut sudah lama menjadi tempat persemayaman.

"Terutama yang ada makamnya, agar dipecah, dan tidak memasukkan tanah makam ke objek lahan yang dijual, agar peristiwa yang dialami oleh keluarga Almarhumah Nenek Ti'a tidak terulang," imbaunya.

Sementara SA, mantan Kepala Desa Tugusari sekaligus pemilik tanah pemakaman tersebut belum bisa dikonfirmasi. Saat dihubungi melalui sambungan telepon tidak merespons.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Nasib Tragis Jenazah Nenek di Jember, Pagi Dikubur Siang Makamnya Dibongkar, Kades: Tanah Dijual

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/25/071700678/baru-6-jam-dikuburkan-makam-nenek-di-jember-dibongkar-karena-lahannya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com