Salin Artikel

Mengenang Pak Sadi, Sang Juragan Soto Ayam Ambengan Surabaya, Berjualan Sejak Tahun 1971

Pengusaha yang merintis bisnis kuliner suwiran ayam berkuah sedap sejak tahun 1971 itu, dimakamkan di Desa Gajah, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur pada Senin (12/2/2024) siang.

Sejak tujuh bulan terakhir, bapak empat anak tersebut dikabarkan berkali-kali masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan medis.

Tetangga Pak Sadi di Surabaya, E (30) mengatakan jenazah penguasaha yang sering dipanggil "Abah Sadi" itu disemayamkan di rumah duka Jalan Ambengan 3A Surabaya sekitar pukul 09.00 WIB sebelum dibawa ke Bojonegoro.

"Iya tadi pagi jam 9-an, sempat disalatkan di dalam rumah. Rombongan tadi naik 2 bus, mungkin sekarang sudah sampai di sana," ujarnya di depan rumah duka, Senin (12/2/2024) siang.

E bercerita jika ayahnya, SO adalah karyawan yag bertugas khusus sebagai sopir Abah Sadi sejak tahun 1990-an. Bahkan saat ayahnya masih bujang.

Menurut cerita sang ayah, Abah Sadi dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan baik hati.

"(Abah Sadi) Orangnya baik pokoknya, sampai enggak bisa diceritakan sama ayah. Kalau kata arek-arek wes koyok abahnya sendiri (sudah seperti ayahnya sendiri)," pungkasnya.

Makanan yang disajikan pria yang memiliki nama lengkap Hasi Sadi adalah suwiran ayam yang disiram kuah kuning dan bertabur koya.

Awalnya Sadi berdagang menggunakan gerobak dorong dari kampung ke kampung sampai akhir tahun 1971. Ia kemudian menetap jualan soto di pojokan Jalan Ambengan.

Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) namanya bergema hingga ke penjuru kota dan menjadi nama panggungnya. Ia pun berangkat ke Jakarta dan membuka cabang di Jalan Wolter Monginsidi di tahun 1980-an.

Dari soto pikulan, Soto Ambengan Pak Sadi berkembang hingga memenangkan penghargaan tertinggi sebagai Masters of the Year dari World Street Food Congress Food pada tahun 2013 di Singapura.

Hartono, putra kedua Pak Sadi bercerita bahwa ayahnya membawa olahan masakan itu ke Singapura untuk diikutkan sebuah kompetisi kuliner pada tahun 2013.

Soto Ambengan Pak Sadi ini menyabet penghargaan Masters of the Year dari World Street Food Congress Food. Rasa masakan pedagang kaki lima dari sejumlah negara kalah enak bila dibandingkan dengan masakan Pak Sadi.

Sejumlah petinggi negara ternyata mengenal Soto Pak Sadi. Presiden Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo.

Sampai sekarang soto Pak Sadi kerap jadi santapan pejabat-pejabat saat menyelenggarakan acara kenegaraan.

Sebelum meninggal, Sadi sudah mewariskan usaha tersebut ke anak-anaknya. Putranya yang paling bontot mengurus depot di Ambengan.

Sedangkan anak pertama dan ketiga mengurus di cabang-cabang di Surabaya dan Jakarta.

"Meskipun sudah turun ke generasi, tapi rasa tetap sama, tetap otentik. Kunci soto Abah bertahan sampai sekarang, ya karena mempertahankan resep. Bumbu dan racikan tidak ada yang berubah. Abah semasa hidup itu selalu wanti-wanti kalau bahan baku naik mending harga jual ikut dinaikkan daripada mengurangi bumbu," ucapn dia.

Berhenti merokok

Sadi ternyata memiliki sisi lain. Sebagai peracik soto ayam handal, dia di lingkungan tetangganya di Ambengan dikenal suka menyemir rambut.

"Bukan menyemir rambut di salon, tapi di poskamling samping rumahnya," ujar Mbak Lah, ibu rumah tangga yang membuka warung kopi dekat rumah Pak Sadi.

Sementara itu Bambang Sutrisno, anak keempat Sadi cerita, almarhum ayahnya memang kerap tampil stylish.

Untuk urusan menyemir rambut, ayahnya tidak pergi ke salon. Ada karyawan salon yang kebetulan tetangganya kerap diminta untuk menyemir rambut ayahnya.

Menurutnya sang ayah pernah menjadi perokok berat. Akan tetapi berhenti gara-gara dagang soto ayam. Kala itu usaha soto ayamnya sangat ramai. Bahkan saking sibuknya, Sadi muda tak sempat merokok.

Hingga akhirnya Sadi benar-benar lepas dari ketergantungan rokok. Semasa hidup, Sadi kerap riwa-riwi Surabaya-Jakarta untuk mengurus sotonya di sana. Ia biasanya akan tinggal 15 hari di Jakarta, dan sisanya di Surabaya.

Namun, sejak November 2023 lalu Sadi jarang pulang di rumah Ambengan. Kondisi kesehatannya mulai menurun dan dia berjuang melawan tumor otak. Hingga akhirnya sang legenda Soto Ayam Ambengan, Sadi menghembuskan nafas terakhir karena penyakitnya.

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Akhir Hidup Legenda Kuliner Surabaya, Pak Sadi Sang Juragan Soto Ayam Ambengan

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/13/171800978/mengenang-pak-sadi-sang-juragan-soto-ayam-ambengan-surabaya-berjualan-sejak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke