Salin Artikel

Keluh Kesah Pedagang soal Harga Beras di Madiun Tembus Rp 19.000 Per Kilogram

Beberapa pedagang beras yang ditemui Kompas.com di Pasar Besar Kota Madiun, Senin (12/2/2024) mengaku terpaksa menaikkan harga lantaran harga dari distributor beras naik.

Tak hanya itu, pedagang menyebutkan stok beras cadangan milik disitributor menipis sehingga jatah penjualan mereka pun sedikit.

Pantauan Kompas.com di pasar di Kota Madiun, kenaikan harga beras rata-rata mencapai Rp 2.000 per kilogram.

Harga beras yang sebelumnya Rp 14.000 per kilogram naik menjadi Rp 16.000 per kilogram.

Sedangkan harga beras yang sebelumnya Rp 16.000 naik menjadi Rp 19.000. Khusus untuk beras jenis pandan wangi naik dari Rp 17.000 menjadi Rp 19.000.

“Beras paling murah saat ini adalah jenis C64 dengan harga Rp 16.000 per kilogram. Sebelumnya beras itu harganya Rp 14.000 per kilogram,” kata Hari Setyowati, pedagang sembako di Pasar Besar Kota Madiun, Senin (12/1/2024).

Lain halnya dengan Setyowati, Prapti pedagang sambako lain menyatakan kenaikan harga beras sejatinya terjadi sejak Oktober 2023.

Namun kenaikkan harga paling meroket terjadi sejak awal Februari 2024.

“Saat ini rata-rata naiknya Rp 2.000 per kilogram untuk berbagai jenis beras,” kata Prapti.

Stok

Sementara itu Retno, pedagang beras lainnya mengaku susah mendapatkan cadangan beras untuk dijual ke pasaran. Pasalnya saat ini panen padi sedikit dan harga gabah terus naik.

“Bakul (distributor) sampaikan tidak ada barang (beras). Kata bakul, saat ini panennya sedikit dan harga gabah naik,” ungkap Retno.

Lantaran barang sedikit, Retno tak menjual banyak jenis beras. Ia hanya menjual dua jenis beras medium di harga Rp 16.000 dan Rp 17.000 per kilogramnya.

“Beras wangi dulu hanya Rp 14.000 sudah dapat sekarang mencapai Rp 19.000. Dulu beras medium bisa dapat diharga Rp 11.000 sekarang naik Rp 17.000. Sekarang dari sana juga harganya Rp 14.000 dan Rp 15.000. Jadi kami untung tipis,” tutur Retno.

Penjelasan Pemda

Wali Kota Madiun, Maidi yang dikonfirmasi terpisah menyatakan Pemerintah Kota Madiun sudah membuka tujuh warung tekan inflasi (wartek) untuk menyediakan sembako dengan harga terjangkau.

“Di sana ada beras, telur, minyak, gula dengan harga terjangkau. Di Kota Madiun ada tujuh tempat,” kata Maidi.

Ia mengatkaan warga yang hendak membeli sembako murah harus mengantre. Selain itu dibatasi masing-masing warga dibatasi membeli beras maksimal satu sak atau lima kilogram.

Mantan Sekda Kota Madiun ini menjamin wartek akan buka terus. Namun jumlah pembeli dan barang yang tersedia terbatas.

“Di wartek beli terbatas dan orang yang beli diprioritaskan yang tidak mampu. Kalau beli dijual lagi tidak boleh. Siapapun yang butuh tempat itu tidak akan kosong,” kata Maidi.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/12/145639478/keluh-kesah-pedagang-soal-harga-beras-di-madiun-tembus-rp-19000-per

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com