Salin Artikel

Candi Sanggrahan di Tulungagung: Sejarah, Fungsi, dan Ciri Khas

KOMPAS.com - Candi Sanggrahan terletak di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

Candi Sanggrahan merupakan bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang mempunyai latar belakang agama Buddha.

Pembangunan Candi Sanggahan diperkirakan dilakukan pada abad ke-14, pada masa Raja Hayam Wuruk.

Candi Sanggrahan

Sejarah Candi Sanggrahan

Informasi tentang Candi Sanggrahan diperoleh dari laporan J Knebel pada tahun 1908.

Pada saat itu disekitar situs ditemukan lima Arca Dhyani Buddha, yaitu simbol dari lima elemen kosmos (jagat raya) yang masing-masing mewakili arah tertentu.

Pada tahun 1915, Oudheikundige Dienst (Dinas Purbakala masa Kolonial Belanda) melakukan penelitian di Candi Sanggrahan.

Setelah itu, upaya pemugaran kemudian dilakukan.

Dalam Catatan Lama, Candi Sanggrahan disebut sebagai Candi Proetoeng. Candi Sanggarahan juga dikenal sebagai Candi Cungkup.

Dengan ditemukan Arca Dhyani Buddha menginformasikan bahwa Candi Sanggrahan berlatar belakang agama Buddha.

Namun siapa yang membangun Candi Sanggrahan belum diketahui pasti karena belum ditemukan sumber tertulis.

Ciri Khas Candi Sanggrahan

Kompleks Candi Sanggrahan berupa bangunan induk dan dua buah sisa bangunan kecil lainnya.

Bangunan induk dibangun menggunakan batuan andesit dengan isian bata dengan ukuran panjang 12,6 meter, lebar 9,05 meter, dan tinggi 5,86 meter.

Bangunan terdiri atas empat tingkat yang masing-masing berdenah bujursangkar yang arahnya menghadap ke barat.

Bangunan Candi Sanggrahan berada di undakan berukuran 5,1 meter x 42,5 meter. Undakan ditahan dengan pagar batu bata setinggi sekitar dua meter.

Sementara, bangunan kecil berada di sebelah timur bangunan induk, namun hanya tersisa bagian bawahnya saja.

Dahulu, tempat tersebut terdapat lima buah arca Buddha yang masing-masing mempunyai posisi mudra yang berbeda.

Arca-arca tersebut saat ini tersimpan di rumah Juru Pelihara demi keamanan.

Fungsi Candi Sanggrahan

Para ahli memperkirakan bahwa Candi Sanggrahan dibangun sebagai tempat peristirahatan rombongan pembawa abu pendeta Buddha Kerajaan Majapahit yang bernama Gayatri dengan gelar Rajapadni.

Abu tersebut dibawa dari Kraton Majapahit untuk menjalani upacara pendarmaan di Candi Boyolangu.

Belakangan, abu jenazah disimpan di Candi Boyolangu.

Jarak tempuh Candi Boyolagu sekitar 4 kilometerd ari Candi Sanggrahan.

Editor: Widya Lestari Ningsih

Sumber:


kabar.tulungagung.go.id dan www.kompas.com

https://surabaya.kompas.com/read/2024/02/02/170626178/candi-sanggrahan-di-tulungagung-sejarah-fungsi-dan-ciri-khas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke