Salin Artikel

Penjual Sayur di Magetan Minta Bantuan Beras 10 Kg untuknya Dialihkan ke Warga Lain yang Membutuhkan

Mereka tampak memilih-milih, sesekali menawar harga sayuran kepada Jayadi, sang penjual sayur keliling.

Jayadi mengaku telah 12 tahun berjualan sayuran keliling. Namun, setiap pagi, dia berjualan di depan rumahnya.

“Kalau pagi dari jam 07.00 WIB sampai 09.00 WIB memang buka dagangan di rumah, jam 09.00 sampai jam 15.00 WIB mulai keliling kampung,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Senin (29/1/2024).

Jayadi mengaku, dari hasil berjualan sayur keliling, dia bisa membeli mobil yang digunakan untuk berjualan keliling dan satu mobil Isuzu Panther untuk mengambil sayur di Pasar Sayur Magetan setiap jam 03.00 WIB.

Dari berjualan sayur keliling pula, Jayadi mengaku bersyukur bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Di rumah istrinya juga memiliki toko kecil di depan rumah yang  menjual sayur dan sembako.

“Anak saya masih kecil, jadi istri jualan di rumah, saya yang keliling. Penghasilannya lumayan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” katanya.

Tak tahu namanya tercatat

Selama berjualan sayur keliling Jayadi mengaku pernah  menerima bantuan dari pemerintah saat pandemi Covid-19.

Pandemi membuat usahanya macet karena tak bisa berjualan kelililng saat warga melakukan isolasi. Dia mengaku menerima bantuan BLT Rp 200.000 sebanyak dua kali.

“Sebelumnya tidak pernah menerima bantuan, hanya beberapa kali kemarin bantuan Rp 200.000 bagi pedagang karena terdampak Covid-19. Setelah itu tidak ada lagi,” ucapnya.

Jayadi mengaku tidak tahu jika namanya terdaftar sebagai salah satu penerima bantuan beras miskin 10 kilogram dari pemerintah pusat.

Namanya tercantum diantara 137 warga Desa Gebyog lainnya yang akan menerima beras 10 kilogram dari Januari hingga Juni 2024.

“Saya malah baru tahu dari anda kalau nama saya masuk daftar penerima raskin,” ujarnya.

Minta dialihkan

Jayadi mengaku tidak pernah ada pemberitahun atau didatangi petugas pendata terkait bantuan beras miskin 10 kilogram.

“Selama ini tidak pernah ada pendataan ke rumah saya. Pemerintah desa juga tidak pernah mendata kerumah. Saya juga tidak pernah minta didata,” katanya.

Meski hanya berjualan sayur namun Jayadi mengaku masih banyak warga di desanya yang lebih layak menerima bantuan beras miskin daripadanya dirinya.

Dia mengaku mempersilahkan pemerintah desa untuk mengalihkan bantuan raskin tersebut kepada warga yang lebih  membutuhkan.

“Kalau pun ada bantuan saya pikir lebih banyak lagi yang lebih membutuhkan. Kalau bisa disalurkan ke warga yang membutuhkan,” ucapnya.

Penjelasan Kades

Kepala Desa Gebyog Suyanto mengaku ada 137 warganya yang terdata sebagai penerima bantuan beras miskin 10 kilogram setiap bulan yang akan disalurkan dari Januari hingga Juni 2024.

Data 137 warga yang mendapat bantuan beras miskin menurutnya merupakan data yang sudah direvisi.

“Data awalnya sekitar 200, data baru yang direvisi sebanyak 137 warga penerima bantuan raskin,” ujarnya.

Sayangnya dari 137 data warga penerima raskin, Suyanto mengaku menemukan sejumlah kejanggalan data.

Selain Jayadi ada beberapa warga penerima beras miskin yang lebih kaya karena memiliki dua mobil. Ada pula warga berumah tingkat yang menerima bantuan.

“Yang jelas ini datanya tidak valid karena ada data warga yang sudah meninggal masih terdata sebagai penerima, kemudian yang kaya juga mendapat bantuan. Datanya ini jelas tidak mengetahui kepala desa. Tidak mungkin saya akan mendata orang yang punya mobil dua masuk ke daftar penerima bantuan,” imbuhnya.

Yang mengherankan Suyanto adalah ada beberapa lansia yang tinggal sebatang kara namun tidak menerima bantuan.

Dia mengaku telah berupaya meminta pemerintah daerah melalui musyawarah rencana pembangunan daerah untuk membetulkan data yang salah tersebut.

“Sudah kita sampaikan di musrenbang kemarin, tetapi katanya disesuaikan data saja,” ucapnya.

Suyanto mengaku akan mengumpulkan warganya untuk menanggapi data penerima raskin yang mencantumkan warga yang memiliki mobil sebagai penerima bantuan.

Dia juga akan mempertanyakan sejumlah warga miskin yang tidak terdaftar sebagai penerima bantuan.

“Kita akan kumpulkan mereka untuk menyikapi data yang tidak valid ini. Karena kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau ada satu dicoret dikira Mbah Lurah yang nyoret, sementara yang justru miskin tinggal di rumah reyot malah tidak terdata. Katanya datanya dari pusat,” pungkas Suyanto.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/30/112308078/penjual-sayur-di-magetan-minta-bantuan-beras-10-kg-untuknya-dialihkan-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke