Salin Artikel

Bocah yang Tewas Tergantung di Kandang Sapi Banyuwangi Batal Diotopsi

Ibu kandung korban yang awalnya meminta otopsi, mendadak menolak jasad anaknya diperiksa lebih lanjut oleh tim medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blambangan Banyuwangi.

"Permintaan dari orangtua kandung meminta untuk tidak dilakukan otopsi," kata Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi Kompol Andrew Vega, Rabu (24/1/2024).

Menurut Vega, alasan orangtua EF berubah pikiran untuk tidak melanjutkan otopsi karena merasa kasihan terhadap kondisi jasad anaknya.

"Karena kasihan terhadap anak, kemudian si ibu ini kan pada saat mendapatkan berita belum melihat kondisi fisik anaknya. Setelah melihat, tidak tega dan sudah ikhlas," ujar Vega.

Meski otopsi di RSUD Blambangan batal dilaksanakan, namun penyelidikan terhadap kasus itu masih terus dilakukan.

"Untuk pemeriksaan kami masih terus proses berjalan. Kami libatkan Dinas Sosial dan yang lain, apakah juga ada penyebab-penyebab lain," ungkap Vega.

Pemeriksaan juga akan menyasar pihak sekolah bocah tersebut.

"Pemeriksaan kepada pihak sekolah nanti berkoordinasi dengan dinas sosial, psikologi forensik, pada teman-teman di lingkungan sekitar dan keluarga," terangnya.

Polisi enggan berspekulasi lebih jauh soal penyebab kematian korban. 

"Sementara untuk tanda tanda kekerasan fisik tidak ada. Kemungkinan lain-lain belum tahu. Kan seperti halnya terjadi di Pesanggaran yang juga di bawah umur ya," cetus Vega.

Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi yang belum genap menjabat satu bulan itu menegaskan, penyelidikan masih tetap dilanjutkan sampai menemukan titik terang.

"Kalau dari keluarga baik baik saja. Hanya saja beberapa hari belakangan agak murung. Sering tidur di mushala, apakah ada bullying masih belum tahu," kata Vega.

Sebelumnya, paman korban Miswan (60) menolak untuk dilakukan otopsi terhadap EF. Namun orang tua kandung korban yang berada di Ponorogo menghendaki dilakukan otopsi.

Kapolsek Wongsorejo AKP Eko Darmawan mengatakan, jasad korban pertama kali ditemukan oleh Moh. Anshori (54) yang merupakan ayah tiri korban.

"Saat itu yang bersangkutan sedang memberi makan sapi dan terkejut, lalu berteriak saat melihat korban sudah tergantung," ujar Eko.

Anshori yang terkejut, langsung berteriak dan berusaha menurunkan korban dari ikatan tali di leher bersama dengan Miswan (60), yang tidak lain adalah paman korban.

"Pihak keluarga lalu menghubungi kepala desa setempat, dan meneruskan ke polsek serta puskesmas setempat," ungkapnya.

Menurut keterangan guru sekolah korban, sehari sebelumnya kejadian, EF terlihat murung dan tidak ceria seperti biasanya.

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap ponsel korban, EF ternyata sering melihat konten video di media sosial Youtube.

"Seperti cerita 'Awalnya diremehkan, lalu menaklukkan iblis terkuat dan menjadi murid tak terkalahkan'," terangnya.

Pemeriksaan awal oleh tim medis Puskesmas Bajulmati, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, dan hanya ada bekas jeratan tali tampar.

Korban sudah ditemukan tidak bernyawa sebelum aparat kepolisian dari Polsek Wongsorejo sampai di TKP.

"Korban sudah terlebih dahulu diturunkan oleh ayah tiri dan paman korban pada saat kejadian," cetus Eko.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/24/194448478/bocah-yang-tewas-tergantung-di-kandang-sapi-banyuwangi-batal-diotopsi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com