Salin Artikel

Warga Blitar Diduga Hidup Terkatung-katung Belasan Tahun di Ghana, Ingin Pulang ke Indonesia

Warga Kelurahan Sutojayan, Kecamatan Sutojayan yang berusia sekitar 49 tahun itu hidup dalam kondisi finansial yang terbatas. Dia juga bermasalah dengan izin tinggal serta dokumen keimigrasian lainnya.

Bahkan, masa berlaku paspor miliknya telah habis sejak 2014.

Saudara sepupu Sumiati, Novin Citrahayu (39) mengungkapkan, Sumiati mengungkapkan keinginannya untuk pulang ke Indonesia.

“Sejak pergi menuju Ghana tahun 2009, paling Mbak Sum dalam setahun hanya satu dua kali saja menelepon keluarga, menelepon saya,” ujar Novin saat ditemui Kompas.com di rumahnya di Kelurahan Sutojayan, Kecamatan Sutojayan, Jumat (20/1/2024).

“Tapi setahun terakhir ini dia sering menelepon saya dan mulai mengungkapkan masalah yang dia hadapi,” tambah Novin.

Keinginan Sumiati untuk pulang ke Indonesia mulai terungkap saat Novin menyampaikan kabar duka saat ibunda Sumiati meninggal dunia pada Agustus 2022.

Setelah itu, Sumiati pun mulai mengakui bahwa sebenarnya dirinya sudah cukup lama ingin pulang ke Indonesia namun terkendala masalah keimigrasian.

Novin menduga izin tinggal Sumiati di Ghana sudah belasan tahun tidak diperbarui. Masalah menjadi semakin rumit karena paspor milik Sumiati pun kedaluwarsa sejak 2014.

“Saya sempat sarankan Mbak Sum untuk mendatangi Kantor Kedutaan Besar Indonesia, tapi katanya Kantor Kedubes RI terdekat ada di Nigeria. Jadi harus menyeberangi dua negara,” tutur Novin.

Selain bermasalah dengan dokumen keimigrasian, kata Novin, Sumiati juga ternyata tidak memiliki sumber pendapatan yang memadai bahkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Masalah finansial yang dihadapi Sumiati diketahui Novin belum lama ini ketika Sumiati akhirnya pada Desember 2023 lalu mengakui tidak memiliki uang untuk membiayai hidup.

Novin pun akhirnya mengirimkan uang kepada Sumiati beberapa juta rupiah.

“Mbak Sum ini sebenarnya pantang memberitahukan kesulitan yang dihadapi kepada keluarganya ketika dia sedang merantau. Kalau dia sampai mengatakan butuh uang, berarti kondisinya sedang sangat sulit,” tutur Novin.

Awal mula keberangkatan ke Ghana

Novin menuturkan awal kepergian Sumiati ke Ghana pada 2009, yakni atas ajakan seorang pria warga Ghana yang diyakini Novin sebagai kekasih Sumiati.

Novin menduga Sumiati mengenal pria berinisial RA itu saat dirinya bekerja di Taiwan sekitar tahun 2004.

Selama beberapa tahun pertama sejak tinggal di Ghana, Sumiati beberapa kali melakukan panggilan video dari Ghana. Menurut Novin, lingkungan tempat Sumiati tinggal adalah lingkungan pedesaan.

Sumiati, sarjana dari sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya itu, juga sempat menunjukkan ke Novin bahwa di Ghana dia bekerja sebagai pengajar di sekolah TK dan SD.

Namun selanjutnya, Sumiati mulai jarang menghubungi keluarga di Blitar dan juga sulit dihubungi melalui panggilan telepon.

Namun setelah Sumiati mulai sering menelepon Novin lagi, Sumiati mengaku bahwa kini dirinya tidak memiliki tempat tinggal pasti dan harus hidup berpindah-pindah.

“Katanya masih mengajar di sekolah yang sama, tapi tinggalnya tidak tentu, pindah-pindah,” terangnya.

Meski Sumiati tidak pernah bersedia menyebutkan alamat tinggalnya di Ghana, Novin meyakini bahwa berada di Ibu Kota Ghana, Accra, tapi di wilayah pedesaan atau pinggiran.

Keyakinan itu didasarkan pada identitas kekasih Sumiati, RA yang pernah didapatkan Novin.

“Saya khawatirnya Mbak Sum ini ditelantarkan. Terakhir dia sampai bilang, ‘tolong kamu hubungi Kementerian Luar Negeri, minta tolong bagaimana saya bisa pulang’,” tutur Novin.

Novin mengatakan bahwa kini pihak keluarga sangat mengkhawatirkan kehidupan Sumiati dan berharap Sumiati dapat pulang ke kampung halamannya di Blitar.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/19/182900478/warga-blitar-diduga-hidup-terkatung-katung-belasan-tahun-di-ghana-ingin

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com