Salin Artikel

Cerita Caleg di Bondowoso Jual Ginjal demi Nyalon: Perlu Modal Besar

Erwin mencalonkan diri sebagai caleg setelah gagal dalam pemilihan kepala desa (Kades).

Mantan kades

Erfin merupakan mantan Kepala Desa (Kades). Dia menjabat sebagai Kades Bataan periode tahun 2007-2013. Saat menjadi Kades, Erfin mengaku menjalankan amanat sebagai kades secara totalitas.

“Saya waktu pelayanan pada masyarakat luar biasa walaupun gajinya sedikit,” kata Erfin pada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (16/1/2024).

Menurut dia, saat itu gaji sebagai kepala desa sebesar Rp 450.000. Kemudian pada akhir jabatan naik menjadi Rp 1.050.000.

Bahkan, saat itu Erfin mengaku sempat menjual rumah warisannya untuk kegiatan di desa. Dia mengaku mendapatan penghargaan dari bupati Bondowoso saat itu, yakni Amin Said Husni.

Setelah masa jabatan habis, Ervin maju lagi di Desa Bataan. Namun karena biaya mendaftar besar, akhirnya ia tidak jadi maju menjadi calon kepala desa.

Tak berhenti di situ, Ervin juga sempat maju dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) selanjutnya, namun ia mengaku dijegal dengan tidak lolos di tahapan administrasi.

“Tahun 2021 kemarin saya nyalon lagi, tapi di Desa Kajar, tapi tidak jadi dan ada pada posisi nomor dua,” aku dia.

Jual ginjal

Setelah itu, Ervin mendatangi salah satu ketua partai di Bondowoso. Ia ditawari untuk maju sebagai anggota DPRD. Alasannya, Erfin terkenal baik dan memiliki massa di daerah pemilihannya.

“Saat itu saya bilang apa adanya, saya sekarang tidak punya apa-apa, kondisi ekonomi saya ambruk total, mohon maaf jangan paksa saya nyaleg, karena biaya besar,” ungkap dia.

Namun, ketua partai itu meyakinkan dirinya akan membantu dengan berbagai program. Hal itu membuat Erfin sepakat untuk maju sebagai Caleg.

“Setelah terjun di lapangan, warga sudah banyak yang tahu saya mau maju di Pileg, setelah pemberkasan kurang dua bulan, saya tidak dikasih kabar, ternyata saya digeser, ada yang mengganti posisi saya,” papar dia.

Selanjutnya, Erfin bertemu dengan salah satu temannya yang juga menjadi Caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) di Kabupaten Banyuwangi. 

“Besok paginya saya sowan ke ketua PAN, setelah bertemu beliau mengiyakan saya untuk maju sebagai Caleg,” jelas dia.

Pria kelahiran 23 Juni 1976 ini mengaku setelah terjun ke lapangan, banyak usulan dan harapan dari masyarakat. Namun tak dipungkiri, ada sejumlah warga yang juga menanyakan soal uang.

“Ada yang tanya tentang uang berapa yang mau dibuat ganti kalau pencoblosan untuk datang ke TPS,” ujar dia.

Perlu modal besar

Erfin menyadari bahwa modal kebaikan saja untuk maju sebagai caleg tidak cukup.

"Perlu modal uang yang besar. Teman saya itu saat Pileg 2019 bisa habis sekitar Rp 2 miliar untuk caleg DPRD,” ungkap dia.

Di satu sisi, kondisi ekonominya tidak sedang baik-baik saja.

“Akhirnya dari sana saya tekad bulat untuk menjual ginjal saya,” terang dia.

Erfin mengaku tidak tenang jika tidak bisa berbuat untuk masyarakat, warga miskin, lansia, hingga dhuafa. Hal itulah yang menggerakkan dirinya menjual ginjal walaupun merasa sangat berat.

Erfin mengaku sempat ada warga yang menghubungi dirinya melalui WhatsApp terkait hal tersebut.

“Tanya apakah sudah diangkat ginjalnya, mau dikasihkan berapa,” terang ayah dua anak itu.

Setelah itu, Erfin menghubungi orang tersebut untuk mendatangi dirinya. 

“Ini tidak ada pabriknya, coba kalau ada yang mau hadir ke rumah saya, saya share lokasi,” ucap dia.

Namun setelah itu, dia tak mendapatkan respons dari warga tersebut. Erfin menilai warga yang menghubungi itu hanya iseng untuk menguji keseriusannya menjual ginjal.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/16/200846678/cerita-caleg-di-bondowoso-jual-ginjal-demi-nyalon-perlu-modal-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke