Salin Artikel

Kisah Santri di Blitar Dikeroyok 17 Teman hingga Koma lalu Meninggal

MAR, anak pertama dari pasangan Yoyok dan Indah, warga Desa Pandanarum, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar itu, akhirnya meninggal dunia pada Minggu (7/1/2024) subuh dalam perawatan intensif RSUD Ngudi Waluyo.

Polisi menyebut, MAR, yang juga duduk di bangku kelas VII (kelas I) sekolah menengah pertama (SMP) di Kecamatan Sutojayan itu mengalami luka berat di kepala dan sejumlah bagian tubuhnya akibat pukulan benda tumpul serta tangan kosong.

“Pengeroyokan dilakukan dengan tangan kosong dan juga benda tumpul seperti kabel seterika, sapu, dan batang kayu,” ujar Kepala Satreskrim Polres Blitar AKP Feby Pahlevi Rizal, Senin (8/1/2024).

Polisi juga telah menetapkan 17 anak santri sebagai tersangka pengeroyokan terhadap MAR dengan jeratan Pasal 80 Ayat 3 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman kurungan maksimal 15 tahun.

“Karena masih anak-anak, mereka tidak kami tahan namun wajib lapor setiap Senin dan Kamis,” ujarnya sembari menambahkan bahwa para tersangka berada di rentang usia 14 hingga 16 tahun.

Feby menjelaskan, pengeroyokan itu terjadi pada malam hari di ruangan tertutup di area pondok pesantren.

Terkait pencurian uang

Berdasarkan informasi yang dihimpun kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar, pengeroyokan itu dipicu oleh dugaan bahwa MAR mencuri uang milik sejumlah santri pada awal Desember lalu.

Keresahan akibat beberapa santri kehilangan uang membuat pengurus pondok pesantren turun tangan dengan memanggil MAR dan sejumlah santri yang merasa kehilangan uang untuk dipertemukan.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kemenag Blitar, M Syaikhul Munib, mengatakan, MAR mengakui perbuatannya mencuri uang milik teman-teman santrinya pada mediasi yang diadakan di pondok pesantren pada 19 Desember lalu.

“Setelah itu situasi sudah tenang. Kemudian masuk masa libur akhir tahun. Entah kenapa kemudian terjadi pengeroyokan itu setelah mereka kembali masuk pondok Januari ini,” tuturnya.

Pihak kepolisian mengonfirmasi bahwa pengeroyokan itu dipicu oleh pencurian uang milik sejumlah santri yang diduga dilakukan oleh MAR.

Namun, polisi tidak mengungkap bagaimana pencurian yang terjadi awal Desember itu menjadi pemicu pengeroyokan yang terjadi pada 2 Januari setelah para santri menjalani libur panjang akhir tahun.

“Hasil pemeriksaan, diduga korban melakukan pencurian uang milik teman-temannya. Ini mengakibatkan teman-teman melakukan tindak pidana tersebut (pengeroyokan),” ujar Feby.

Keluarga lapor polisi

Setelah melihat kondisi MAR yang berada dalam kondisi koma, pihak keluarga melaporkan kasus pengeroyokan itu ke Polres Blitar pada Rabu (3/1/2024).

Usai menjenguk MAR yang dirawat di ruang ICU RSUD Ngudi Waluyo pada Sabtu (6/1/2024), Munib dari kantor Kemenag Kabupaten Blitar, mengakui adanya opsi menyelesaikan kasus itu secara kekeluargaan dengan syarat MAR telah pulih dari sakit yang diderita akibat pengeroyokan itu.

Namun, sehari kemudian, Minggu (7/1/2024), MAR menghembuskan napas terakhirnya dalam perawatan intensif rumah sakit.

“Dengan demikian, kami serahkan proses hukum kepada pihak kepolisian. Dan kami berharap pihak Pondok Pesantren bersikap kooperatif dan mendukung proses ini,” ujar Munib saat dimintai konfirmasi kematian MAR.

Pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Muhroji Azhar, yang ditemui usai menghadiri upacara pemakaman MAR, mengatakan bahwa pihak ponpes menyerahkan sepenuhnya proses hukum atas kasus pengeroyokan tersebut kepada pihak kepolisian.

“Saya sudah menyerahkan sepenuhnya ke Polres. Itu sudah ditangani Polres,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Blitar, Bahrudin, menyatakan keprihatinannya atas peristiwa kekerasan yang terjadi di lingkungan pondok pesantren.

“Peristiwa kekerasan santri ini menjadi keprihatinan kita dan akan menjadi salah satu prioritas kita untuk melakukan upaya agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi,” ujarnya kepada Kompas.com, Senin.

"Kemenag akan meningkatkan kerja sama dengan pemangku kepentingan lain untuk menguatkan pendidikan pesantren yang ramah anak,” tambahnya.

Bahrudin menegaskan, pihaknya mendukung penuh proses hukum atas kasus pengeroyokan tersebut yang tengah ditangani pihak kepolisian.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/08/161126378/kisah-santri-di-blitar-dikeroyok-17-teman-hingga-koma-lalu-meninggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke