Salin Artikel

Santri Korban Pengeroyokan di Blitar Sudah Membaik meski Masih Koma

Kasubag Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar, M Saikhul Munib, mengatakan MAR sudah mulai menggerakkan jari tangan dan kelopak mata meskipun belum bisa dikatakan sadar dari kondisi koma yang dialami.

"Tadi waktu kami jenguk, korban masih berada di ruang ICU (intensive care unit). Informasi dari pihak rumah sakit, sudah ada tanda-tanda jari tangan digerakkan."

"Kemudian kelopak mata juga sudah merespon,” ujar Munib saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (5/1/2024) petang.

Ditanya apakah MAR sudah siuman dari kondisi koma, Munib kembali mengulang pernyataannya bahwa sudah ada tanda-tanda korban bisa menggerakkan jari-jari tangan sebagai respon atas panggilan kepadanya.

“Untuk lebih jelasnya, sebaiknya ditanyakan ke pihak rumah sakit,” tuturnya.

Munib membenarkan bahwa akibat pengeroyokan itu MAR mengalami kondisi koma sejak Rabu dini hari.

Namun, dia tidak menjawab saat ditanya apakah pengeroyokan itu terjadi di lingkungan pondok pesantren.

Mengakui perbuatan

Munib mengatakan bahwa pengeroyokan itu berawal dari dugaan pencurian uang milik sejumlah santri yang  tinggal di pondok pesantren itu oleh korban.

Pencurian itu, lanjutnya, dilakukan beberapa kali di awal Desember lalu hingga pengurus Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq yang berada di Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan itu turun tangan guna melakukan apa yang dia sebut sebagai mediasi.

"Dalam mediasi itu, korban mengakui perbuatannya mencuri uang,” tutur Munib.

Setelah mediasi yang digelar pertengahan Desember itu, lanjutnya, tidak terjadi sesuatu antara MAR dan rekan-rekan santri hingga memasuki masa libur Natal dan Tahun Baru.

Masalah muncul ketika para santri kembali ke Pondok pada Selasa (2/1/2024).

“Tidak tahu kenapa itu terjadi setelah libur itu, Selasa tengah malam. Apa pemicunya kami kurang tahu. Mungkin emosi, geregetan atau bagaimana karena merasa beberapa sering kehilangan uang,” ujarnya.

Selanjutnya pada Rabu (3/1/2024) dini hari, ujarnya, MAR tak sadarkan diri akibat pengeroyokan itu.

Diduga dilakukan belasan santri

Munib mengatakan pihak Kantor Kemenag Kabupaten Blitar telah meminta keterangan pihak pengurus Pondok Pesantren tersebut terkait peristiwa itu.

Berdasarkan informasi dari pihak pondok, lanjutnya, hingga saat ini sudah teridentifikasi 17 santri yang diduga terlibat pengeroyokan.

“Pihak pengurus pondok pesantren sudah mengidentifikasi 17 anak yang diduga terlibat,” tuturnya.

Munib membenarkan bahwa pihak keluarga korban telah melaporkan kasus itu kepada pihak kepolisian.

Kata dia, kasus tersebut saat ini tengah ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Blitar.

"Terkait proses hukum, saat ini sudah ditangani Unit PPA Polres Blitar. Kami saat ini fokus pada penyembuhan korban,” ujarnya.

Menurut Munib, pihak keluarga dari 17 terduga pelaku pengeroyokan juga sudah menyatakan kesanggupan mereka bersama-sama membiayai pengobatan korban.

Kata Munib, pihak Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq telah menyatakan penyesalannya atas peristiwa tersebut.

“Ya, tentu tidak ada pihak mana pun yang menghendaki peristiwa kekerasan seperti itu terjadi,” tuturnya.

Menurut Munib, peristiwa itu kembali menjadi pengingat bagi semua pihak terkait di bidang pendidikan untuk meningkatkan pengawasan dan mengajarkan nilai-nilai antikekerasan di lingkungan pendidikan termasuk pondok pesantren.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/05/191651478/santri-korban-pengeroyokan-di-blitar-sudah-membaik-meski-masih-koma

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke