Salin Artikel

Kronologi Pembunuhan Kakek di Ponorogo Saat Tahun Baru, Pelaku yang Mabuk Sempat Kabur ke Hutan

Dari hasil penyelidikan polisi, Suyoto tewas dibunuh P (25) yang masih tetangga dan juga saudara korban.

P nekat membununuh korban karena emosi dengan korban yang ia sebut sedang konflik sengketa tanah dengan ibu P.

Pemuda 25 tahun itu kemudian menyerahkan diri ke polisi pada Senin (1/1/2024).

P diketahui sempat merantau ke Malaysia, sebelum akhirnya pindah ke Kalimantan. Pada 28 Desember 2023, ia pulang ke Ponorogo.

“Korban itu KTP-nya Kalimantan. Dia (korban) baru pulang merantau. Pelaku juga begitu, pulang merantau,” ujar Kasatreskrim Polres Ponorogo, AKP Ryo Prasetyo.

Di malam tahun baru, P minum minuman keras bersama teman-temannya. Usai minum, ia ingat perlakuan tak menyenangkan korban kepada ibunya.

P menyebut, korban kerap mengancam sang ibu dan juga mencabuti tanaman yang ditanam ibunya di tanah sengketa.

Dalam kondisi mabuk, pelaku mendatangi rumah korban yang tak jauh dari kediamannya. Lalu ia terlibat cekcok dengan korban.

Sementara itu menurut keterangan saksi, pada pukul 02.30 WIB, ia sempat mendengar suara gaduh dan orang berteriak di jalan dengan kata, "Aku ra trimo (saya tidak terima)"

Saat keluar rumah, saksi melihat korban sudah tergeletak di tengah jalan, sementara pelaku terlihat menjatuhkan besi di atas tubuh korban.

“Mengetahui hal tersebut, saksi mendekat ke lokasi dan melihat pelaku serta mengatakan untuk bersabar, kemudian pelaku meninggalkan lokasi. Selanjutnya saksi minta tolong tetangga sekitar dan lapor ke Polsek Pulung,” kata dia

Polisi sempat mencari pelaku di wilayah hutan desa serta di rumah P. Sementara di TKP, polisi menemukan bekas botol minuman keras yang dikonsumsi oleh pelaku.

Hingga akhirnya pelaku menyerahkan diri ke polisi. P mengaku sakit hati dengan perlakuan korban kepada ibunya.

“Puncaknya ibu saya masuk rumah sakit selama 4 hari. Saya murni membela ibu saya. Permasalahannya sengketa tanah,” ujar tersangka P, Selasa (2/1/2024).

Dari hasil otopsi, ada benturan benda tumpul di bagian belakang kepala korban. Selain itu ada tujuh tulang rusuk Suyoto yang rusak dan patah.

Menurut Kasatreskrim Polres Ponorogo, AKP Ryo Prasetyo, tulang rusuk korban yang patah menyebabkan organ vital korban tak berfungsi hingga meninggal dunia.

Menurutnya, luka bagian kepala belakang karena dipukul batang besi. Batang besi itu sendiri diambil tersangka Prasetyo di sekitar lokasi.

“Batang besi itu digunakan merancang bahan cor. Karena di sekitar lokasi memang ada saluran air,” terangnya.

Sementara 7 tulang rusuk korban patah karena dihantam umpak bendera.

“Total itu dua kali hantaman. Sekali di kepala dan sekali di dada,” pungkasnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Muhlis Al Alawi | Editor: Pythag Kurniati), Tribun Jatim

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/03/180800578/kronologi-pembunuhan-kakek-di-ponorogo-saat-tahun-baru-pelaku-yang-mabuk

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com