Salin Artikel

Kasus Mutilasi di Malang dan Kisah Cinta Made Sutarini dan James yang Berakhir Tragis

Peristiwa sadis tersebut terjadi di rumah mereka Jalan Serayu RT 002 RW 004, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.

Jenazah korban dimutilasi oleh James menjadi 10 bagian, dan potongan-potongannya ditaruh di sebuah ember yang ada di halaman rumah.

Ni Made Sutarini (55) berasal dari Dusun Banda, Desa Takmung, Klungkung, Bali. Ia kemudian menikah dengan James yang disebut berasal dari Manado sekitar 30 tahun lalu.

Dari pernikahan tersebut, mereka memiliki 2 orang anak. Anak pertama kerja di Singapore sejak sebulan terakhir dan anak keduanya bekerja di menjadi tekhnisi di salah satu rumah sakit di Badung, Bali.

Namun sejak 6 bulan 25 hari terakhir, Sutarini meninggalkan rumah dan lebih banyak tinggal di salah satu rumah saudaranya di Surabaya.

Hal tersebut ia lakukan karena kerap menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) suaminya yang merupakan mantan pensiunan BUMN.

I Komang Suardana (48), adik Sutarini bercerita bahwa iparnya tempramental dan sering menyakiti Sutarini.

"Saya dulu pernah bekerja di Surabaya. Waktu saya di Surabaya, sering kakak saya (Sutarini) dipukuli oleh suaminya, sampai disundut dengan rokok," ujar Suardana saat ditemui di kediamannya di Banjar Banda, Klungkung pada Selasa (2/1/2024).

Menurut Suardana, Sutarini sudah sejak lama ingin melapor ke polisi. Namun hal itu urung dilakukan karena anak-anaknya masih kecil.

"Kakak saya sering mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia tidak melapor ke polisi karena memikirkan anak-anaknya," ujar Suardana.

Bahkan sampai kedua anaknya dewasa, Sutarini masih kerap mendapatkan perlakuan kekerasan hingga disekap dari suaminya.

Sehingga Sutarini lebih memilih tinggal bersama kerabatnya di Surabaya dan jarang pulang ke Malang.

"Kedua anaknya (Sutarini) bahkan lebih sering bersama ibunya. Sekarang anak yang pertama kerja di Singapore, yang kedua jadi teknisi di rumah sakit di Badung," ungkapnya.

Sebelum menikah, Sutarini adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya. Sementara James, sebelumnya merupakan pasien yang dirawat oleh Sutarini.

"Keduanya lalu kecantol, berjodoh. Seperti itu pertemuan mereka," ungkap sepupu Sutarini, Wayan Surata.

Setelah menikah, Sutarini berhenti bekerja menjadi perawat dan fokus mengurus keluarga. Sementara James diketahui bekerja di salah satu BUMN.

Menurut Surata, kedua anak Sutarini kerap pulang ke kampung halaman mereka di Klungkung.

"Keduanya anaknya sering pulang ke sini. Kalau anak laki-lakinya, setiap minggu ke Klungkung," ungkap Surata.

Sebelum dibunuh dan dimutilasi, jejak keberadaan Sutarini yang pergi meninggalkan rumah terus dicari oleh suaminya.

Hal tersebut diungkapkan langsung Kasat Reskrim Polresta Malang Kota, Kompol Danang Yudanto.

"Jadi, korban ini meninggalkan rumah sejak 5 Juli 2023. Hal itu membuat tersangka marah, apalagi tersangka juga menduga korban berselingkuh."

"Padahal dari keterangan saksi anaknya, bahwa korban ini sering mengalami perlakuan kasar serta KDRT dari tersangka. Sehingga, korban ini sudah tidak tahan dan kabur ke rumah keluarganya di Bali," jelas dia.

Pada Kamis (28/12/2023), tersangka mencari korban di tempat kerjanya, yaitu di sebuah koperasi yang terletak di Jalan Raden Intan Kota Malang.

Namun saat didatangi oleh pelaku, ternyata korban tidak ada di tempat kerjanya.

James kemudian mendapatkan informasi jika tempat kerja korban menggelar acara pertemuan bersama (gathering) di Taman Krida Budaya (TKB) Jalan Soekarno Hatta Kota Malang pada Sabtu (30/12/2023).

"Lalu di Sabtu (30/12/2023) sekitar pukul 08.00 WIB, tersangka datang ke Taman Krida Budaya dan menemukan keberadaan korban. Setelah itu, tersangka mengajak paksa korban pulang ke rumah. Awalnya menolak, namun akhirnya korban menuruti," kata dia.

Dalam perjalanan pulang ke rumah itu, korban dicecar berbagai pertanyaan oleh tersangka.

"Jadi, tersangka ini memiliki prasangka atau dugaan, bahwa korban telah selingkuh atau main serong. Tersangka terus menanyai, mulai perjalanan hingga sampai di bagian teras rumah, dan korban disuruh mengaku."

"Karena korban tidak melakukan itu, sehingga korban hanya diam. Hal itu membuat tersangka makin emosi," jelasnya.

Setelah itu, tersangka memukul lalu mencekik korban hingga tewas. Aksi pembunuhan itu dilakukan di teras rumah.

"Leher korban dicekik dan ditekan oleh tersangka memakai tongkat hingga meninggal," kata dia.

Di hari yang sama sekitar pukul 10.00 WIB, pelaku mengambil pisau di dapur dan memotong jenazah istrinya menjadi 10 bagian.

Potongan tubuh tersebut ditaruh di sebuah ember yang ada di halaman rumah.

Kasatreskrim Polresta Malang Kota, Kompol Danang Yudanto mengatakan, pelaku sempat merasa kebingungan usai melakukan perbuatannya itu.

Pelaku kemudian memanggil tetangganya dengan alasan meminta mengangkat perabotannya di rumahnya pada Minggu (31/12/2023) pagi.

"Dia menghubungi salah satu saksi E untuk membantu mengangkat perabotan. Namun, ketika saksi tersebut datang, yang ditunjukkan adalah jasad korban yang sudah ada di dalam ember," kata Danang pada Selasa (2/1/2024) di Mapolresta Malang Kota.

Mengetahui itu, sang tetangga ketakutan dan lari menjauh. Saksi tersebut kemudian membuat laporan ke polisi.

Setelah tetangganya lari dan melapor ke polisi, pelaku menyerahkan diri ke Polsek Blimbing pada waktu yang bersamaan.

"Itu akhirnya si teman ini akhirnya lari. Kemudian inisiatif menginformasikan kepada petugas berkaitan kejadian itu. Di sisi lain si tersangka itu pun pergi ke Polsek Blimbing, untuk mengakui atas perbuatannya itu," katanya.

Kisah cinta Sutarini dan James pun berakhir tragis. Sang ibu 2 anak tersebut tewas  dibunuh secara sadis oleh sang suami yang kini telah ditahan polisi.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nugraha Perdana | Pythag Kurniati), Tribun Bali

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/03/055500678/kasus-mutilasi-di-malang-dan-kisah-cinta-made-sutarini-dan-james-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke