Salin Artikel

Pengelola Ungkap Hal yang Harus Diperhatikan Peneliti di Pulau Sempu

Galang meninggal saat melaksanakan tugas penelitian bertajuk ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (Surili) di Cagar Alam (CA) Pulau Sempu.

Berkaca dari insiden tersebut, Kepala Resort Konservasi Wilayah 21 Pulau Sempu Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, Purwanto menyampaikan beberapa hal saat peneliti atau pihak yang berkepentingan berada di area Pulau Sempu.

“Mitigasi yang harus dipenuhi oleh setiap orang ketika berada di kawasan Pulau Sempu di antaranya alat komunikasi seperti ponsel dan peluit, peta, dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti snake hook untuk mengantisipasi serangan reptil,” ungkapnya melalui sambungan telepon, Minggu (31/12/2023).

Selain peralatan, perilaku ketika berada di dalam area Pulau Sempu, juga perlu diperhatikan untuk menjaga kearifan lokal. Di antaranya sikap sopan baik dalam perilaku maupun ucapan, serta tidak boleh berjalan sendiri.

“Tidak boleh arogan saat berada di dalam area Pulau Sempu,” jelasnya.

“Semua perbekalan yang harus dipenuhi ini pasti kami sampaikan kepada setiap orang yang hendak menuju ke Pulau Sempu, termasuk kepada tim peneliti Surili yang dari IPB ini,” tegasnya.

Pada konteks kejadian yang menimpa Galang, saat itu ia berjalan sendiri dan tidak membawa kelengkapan ponsel, karena habis baterai.

“Saat itu ia hanya berbekal peluit dan snake hook,” tuturnya.

Pada saat hilang kontak, Galang diduga tersesat di kawasan setempat. Namun, belum diketahui pasti apa penyebab hingga membuatnya tewas. Dugaan sementara, Galang diduga terperosok hingga jatuh ke Teluk Lele.

“Kemungkinan besar ia tersesat. Sebab, jarak antara Telaga Lele dan Teluk Semut ini jaraknya sangat jauh. Telaga Lele berada di sisi timur, sedangkan Teluk Semut berada di sisi barat utara Pulau Sempu,” jelas Purwanto.

Belajar dari peristiwa Galang, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Jawa Timur akan lebih memperkuat mitigasi perjalanan ke Pulau Sempu, dengan cara lebih selektif terhadap pihak yang mengajukan izin masuk ke kawasan Pulau Sempu.

“Petunjuk pimpinan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, kami akan lebih selektif untuk memberi ijin masuk ke kawasan Pulau Sempu. Pulau Sempu hanya boleh dimasuki oleh pihak yang hendak melakukan program penelitian, pendidikan, dan ilmu pengetahuan,” bebernya.

Sementara itu, atas tewasnya Galang, ekspedisi Surili terpaksa diberhentikan, dan seluruh anggota ekspedisi ditarik dari kawasan Pulau Sempu.

“Program penelitian itu dijadwalkan rampung pada tanggal 2-3 Januari 2024, tapi karena kejadian ini terpaksa kami hentikan dan seluruh anggota kami tarik. Mereka sudah pulang Sabtu (30/12/2023) pagi,” pungkasnya.

Sebelum ditemukan tewas, Galang dilaporkan hilang sejak Rabu (27/12/2023) siang saat melakukan pemantauan Herpetofauna di area Telaga Lele, Pulau Sempu.

Pulau Sempu adalah salah satu pulau seluas 877 hektar yang secara administratif berada di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

Pulau itu ditetapkan sebagai Cagar Alam yang dikelola oleh Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Jawa Timur.

Pulau Sempu dilindungi karena ekosistemnya yang khas dan masih alami. Sebagai cagar alam, Pulau Sempu terlarang dilarang dikunjungi untuk tujuan wisata.

Pulau itu hanya dapat dikunjungi untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, peningkatan kesadartahuan masyarakat, penyerapan atau penyimpanan karbon, serta pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk kepentingan budidaya.

Mengutip dari situs BKSDA Jawa Timur, Kawasan Pulau Sempu memiliki beberapa tipe ekosistem.

Di antaranya tipe ekosistem hutan mangrove, hutan pantai dan hutan hujan tropis dataran rendah. Keunikan lain adalah ekosistem Segara Anakan yang merupakan danau di dalam kawasan yang airnya berasal dari air laut yang melewati celah/ karang berlubang (bolong).

Jenis vegetasi yang dapat ditemukan di seluruh area Pulau Sempu antara lain Bendo (Artocarpus elasticus), Triwulan (Terminalia), Wadang (Pterocarpus javanicus), dan Buchanania arborescens. Tutupan vegetasi sampai saat ini masih sangat baik.

Vegetasi hutan pantai didominasi oleh Baringtonia raceunosa, Nyamplung (Calophylum inophylum), Ketapang (Terminalia catappa), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus) dan Pandan (Pandanus tectorius). Terdapat empat (empat) jenis vegetasi mangrove yang dapat dijumpai, yaitu Bakau ditemukan dua jenis (Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata), Api-Api (Avicennia sp.) dan Tancang (Bruguiera sp).

Jenis satwa liar yang terdapat di kawasan CA Pulau Sempu di antaranya Lutung Jawa (Tracypithecus auratus), Kera Hitam (Presbitis cristata pyrrha) , Kera Abu-Abu (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Sus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus javanicus), Raja Udang (Alcedo athis), Ikan Belodok (Periopthalmus sp), Kepiting (Ocypoda stimsoni), dan Kelomang (Dardanus arropsor), Kupu-Kupu (Sastragala sp) dan Semut (Hymenoptera).

https://surabaya.kompas.com/read/2024/01/01/112753578/pengelola-ungkap-hal-yang-harus-diperhatikan-peneliti-di-pulau-sempu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke