Salin Artikel

Siswa SMAN di Pamekasan "Prank" Kepala Sekolah hingga Menangis

Ia melerai murid-muridnya yang terlibat tawuran antarsiswa. Saat itu, baru selesai upacara peringatan Hari Guru, Sabtu (25/11/2023). 

Tawuran terjadi antara kelas XI dan kelas XII. Leraian Taufic bahkan sampai memukul salah satu siswa kelas XII hingga mengakibatkan bibir siswa tersebut terluka dan berdarah.

Tiba-tiba terdengar letusan kembang api dari pinggir lapangan. Taufic terkejut. Ia kemudian dibisiki salah satu siswa bahwa aksi tawuran itu prank alias bohong. 

Mendadak, kemarahan Taufic berubah menjadi rasa haru. Ia memeluk beberapa siswanya yang terlibat tawuran.

Ia menangis tersedu-sedu, bahkan sampai membungkuk karena tidak kuat menahan emosi. 

"Ternyata saya dikerjai sama anak-anak," ujar Taufic saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (29/11/2023).

Dalam benak guru yang diangkat pada tahun 1989 ini, tawuran itu akan merusak citra sekolahnya.

Apalagi bersamaan dengan hari guru, para siswa pasti akan merekam video dan memviralkan di media sosial.

"Perasaan saya takut melihat tawuran di sekolah. Tawuran itu akan berlanjut di luar sekolah. Itu pasti merusak citra sekolah setelah diviralkan. Saya benar-benar tidak tahu kalau itu drama," ungkapnya.

Setelah tahu itu prank, Taufic dan guru-guru lainnya bersalaman dengan semua siswa kelas XII.

Mereka meminta maaf karena sudah mengejutkan para guru, terutama kepala sekolah. Berbagai hadiah sudah dipersiapkan untuk diberikan kepada para guru. 

Teguh Ramadhani, inisiator aksi prank guru, mengatakan, Hari Guru tahun ini menjadi momen spesial karena sebentar lagi angkatannya akan lulus sekolah. Selain itu, kepala sekolah tahun depan juga akan pensiun. 

"Angkatan kami ini dikenal paling sering berbuat onar. Kami ingin balas budi dan memberikan kenangan yang manis kepada sekolah dan para guru," kata Teguh. 

Untuk melancarkan aksinya, Teguh bersama 14 temannya yang lain mempersiapkan skenario selama 7 hari.

Teguh membagi tim kerja, mulai dari aktor-aktornya, videografer, fotografer, editor, dan tim media sosial. 

"Persiapan sudah matang semua. H-4 kami minta izin ke sebagian guru dan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Ternyata ada yang mendukung dan ada yang menolak," ujar Teguh. 

Penolakan itu sempat membuat siswa kecewa, bahkan ada rencana untuk menggagalkan.

Namun, Teguh tidak patah semangat. H-1 ia pamit lagi ke Wakasek dan dapat dukungan. Dengan syarat, tawurannya jangan sampai ada yang cedera. 

"Pas hari H, kami tidak menyangka akan surprise betul. Kami semua terharu, terutama Kasek sampai nangis tersedu-sedu. Kami menahan tangis juga, khawatir diledek teman-teman yang lain," kata Novi Aulia Agustin, anggota tim bagian media sosial. 

Setelah kegiatan itu terekam semua, Novi bergerak untuk mengunggah ke media sosial. 

"Empat jam setelahnya, langsung kami sebar di Instagram dan Tiktok. Luar biasa sampai viral. Bahkan, Mendikbud Nadiem Makarim ikut repost di Instagram-nya," ujar Novi. 

Wakasek Kesiswaan Abdul Jamil ikut mendukung kegiatan siswa di hari guru meskipun ada kekhawatiran akan menghilangkan kesakralan peringatan hari guru. Ternyata hasilnya cukup mengesankan. 

"Saya memberikan ruang ekspresi kepasa siswa selama baik. Mereka minta ruang ekspresi yang berbeda karena siswa yang berprestasi ada ruang ekspresi lain," ujar Jamil.

Nikmah, salah satu guru senior di SMAN 3 Pamekasan, mengaku ikut mendukung kegiatan siswa-siswi.

Dukungan itu karena yang dilakukan mereka positif sekaligus memberikan ruang ekspresi kepada mereka. 

"Kami mendengar keinginan anak, mendukung mereka dalam berekspresi. Kelak mereka akan merasakan apa yang sudah mereka perbuat," ungkap Nikmah.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/29/162631378/siswa-sman-di-pamekasan-prank-kepala-sekolah-hingga-menangis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke