Salin Artikel

Bus "Double Decker" Jurusan Jakarta-Sumenep Terbakar di Pamekasan

PAMEKASAN, KOMPAS.com – Henki Narfii (34), sopir bus Karina jurusan Jakarta – Sumenep hanya tertegun melihat busnya dilalap api di depan kantor perpustakaan Jalan Jokotole, Kelurahan Barurambat Kota, Kecamatan Kota Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (28/11/2023).

Warga sekitar kejadian, tidak ada yang datang untuk memadamkan api yang semakin membesar.

Dua rekan Henki, Abdul Mutollib (43) sebagai sopir cadangan dan Warsidi (30) seorang kondektur, juga tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan bus double decker tersebut.

Percikan api yang berawal dari mesin belakang menjadi pemicu hangusnya bus bernomor polisi B 7036 PRN tersebut.

Menurut Henki, ketika perjalanan bus sampai di Terminal Ronggosukowati Pamekasan pada pukul 03.30 WIB, kondisinya masih normal. Seakan-akan tidak akan terjadi kebakaran hebat.

“Saya tiba di terminal Pamekasan menurunkan dua penumpang terakhir dari Jakarta. Tidak ada apa-apa saat itu sehingga perjalanan dilanjutkan menuju Kabupaten Sumenep,” ujar Henki.

Saat perjalanan tiba di Jalan Jingga, Kelurahan Barurambat, Kota Pamekasan, tercium ada bau hangus di mesin belakang. Karena di jalan tersebut ada traffic light, Henki melanjutkan perjalanan ke Jalan Jokotole yang lebih lebar agar tidak mengganggu kendaraan lain.

“Saya berhenti di depan kantor perpustakaan Pamekasan untuk cek mesin. Ternyata sudah ada percikan api di bagian mesin belakang,” kata Henki.

Henki kemudian menyuruh Warsidi untuk mematikan api menggunakan alat pemadam kebakaran ringan (Apar) yang ada di dalam bus. Sedangkan Henki dan Abdul Mutollib menyelamatkan beberapa barang bawaan yang ada di dalam bus.

“Sudah disemprot pakai Apar. Api sempat mati sekejap, tapi kemudian muncul lagi dengan kobaran yang lebih besar,” ungkap Henki.

Tiga awak bus itu mencoba minta bantuan kepada orang lain, tapi tidak ada yang membantunya. Ketiganya mencoba untuk mencari air di sekitar kejadian, namun juga tidak ada.

“Kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Api semakin membesar hingga menghanguskan seluruh tubuh bus,” terangnya.

Bantuan dua mobil pemadam kebakaran baru tiba di lokasi 15 menit kemudian. Waktu itu, api sudah berkobar cukup besar. Ranting-ranting pohon yang ada di sekitar kejadian ikut terbakar.

“Beberapa kali terdengar ledakan. Saya tidak tahu benda apa yang meledak. Kami sudah kebingungan,” kilahnya.

Menurut Henki, bus yang dibeli perusahannya pada tahun 2017 itu seharga Rp 2,8 miliar. Peristiwa itu sudah dilaporkan ke kantornya.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Pamekasan, Yusuf Wibiseno mengatakan, pemadaman bus yang terbakar itu memakan waktu yang agak lama. Kejadiannya pada pukul 04.00 WIB dan api baru betul-betul bisa dipadamkan pada pukul 04.45 WIB.

“Bus itu ada bahan bakarnya, ada karet-karetnya, dan bahan-bahan lainnya yang membuat api mudah membakar dan sulit dipadamkan. Sudah dua armada yang kami kerahkan, dibantu dua tangki cadangan untuk menyuplai air,” ujar Yusuf.

Kepala Seksi Humas Polres Pamekasan, Iptu Sri Sugiarto saat dikonfirmasi mengatakan, penyebab kebakaran tersebut diduga karena ada gangguan arus pendek pada mesin. Titik api berawal dari bagian mesin yang menjalar ke bagian jok belakang.

“Hasil pemeriksaan sementara terhadap ketiga saksi, kebakaran dipicu karena ada kerusakan pada kabel di mesin,” ungkap Sri Sugiarto.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/28/180544678/bus-double-decker-jurusan-jakarta-sumenep-terbakar-di-pamekasan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com