Salin Artikel

Faktor Asmara Jadi Pemicu Suami Bunuh dan Cor Istri di Lantai Rumah di Blitar

Kemudian, SH mengubur jasad sang istri di bawah lantai kamar rumah di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dua tahun lalu.

Kepala Polres Blitar Kota AKBP Danang Setiyo PS membenarkan bahwa SH tega membunuh Fitriani karena keberadaan pria lain yang menjadi selingkuhan korban.

“Asmara. Tadi sudah disampaikan pemicu ini adalah masalah keluarga. Jadi masalah asmara atau yang lain. Nanti kita perdalam lagi,” ujar Danang pada konferensi pers di Mapolres Blitar Kota, Jumat (24/11/2023).

“Yang jelas masalah asmara itu pemicu awalnya. Dari saksi-saksi nanti akan diperjelas lagi,” tambahnya.

Meski demikian, Danang menolak mengungkap lebih rinci motif pembunuhan yang terjadi dua tahun lalu itu.

Menurut Danang, polisi juga telah memeriksa seorang pria yang diduga sebagai pasangan selingkuh Fitriani.

Terkait motif asmara tersebut saat ini masih dalam proses pendalaman oleh penyidik.

“Sudah kami periksa kemarin. Tinggal pemeriksaan tambahan, termasuk saksi-saksi yang akan bertambah sembari menunggu hasil uji laboratorium forensik,” ungkapnya.

Danang mengatakan bahwa pembunuhan itu terjadi pada Oktober 2021. Pihak kepolisian belum dapat mengonfirmasi tanggal pasti peristiwa tersebut.

Menurutnya, SH membunuh Fitriani dengan cara memukul bagian tengkuk atau kepala bagian belakang menggunakan sebatang kayu berukuran sekitar 50 cm.

Ibu muda asal Sulawesi Tenggara itu, lanjutnya, dipukul dari belakang saat sedang duduk di kursi. Peristiwa terjadi pada siang hari.

“Usai memastikan korban meninggal, tersangka pelaku mulai menggali lubang di lantai kamarnya. Kemudian tubuh korban dimasukkan dari atas dan berada di lubang dalam posisi telungkup,” tuturnya.

Sebelum memasukkan tubuh istrinya ke lubang, ujar Danang, SH terlebih dulu melepas seluruh pakaian yang dikenakan Fitriani serta membersihkan bercak darah yang ada.

Selanjutnya, pakaian serta selimut yang sebelumnya digunakan untuk membungkus tubuh korban saat SH menggali lantai, dimasukkan ke lubang bersama tubuh Fitriani.

Danang membenarkan bahwa SH tidak serta merta mengecor permukaan lantai untuk menutup bagian di mana jasad Fitriani dikubur.

“Pengecoran setahun kemudian. Ada jeda waktu untuk mempersiapkkan pengecoran,” ujarnya.

Dia juga membenarkan bahwa selama dua tahun terakhir setelah membunuh dan menguburkan Fitriani di lantai kamar itu, SH masih menempati rumah tersebut.

Dia baru meninggalkan rumah itu sekitar dua bulan lalu setelah dijual kepada Sugeng Riyadi (46) yang merupakan kakak iparnya.

Kemudian, Sugeng Riyadi yang menemukan tengkorak dan tulang belulang manusia terkubur di bawah lantai kamar rumah yang baru dia beli tersebut.

Penemuan tengkorak dan tulang belulang itu berawal dari dimulainya proses renovasi rumah yang terletak di Desa Bacem, Kecamatan Ponggok, Selasa (21/11/2023).

Pekerja renovasi rumah penasaran dengan keberadaan bagian dari lantai kamar yang dicor. Mereka membongkar cor dan menemukan kerangka manusia dalam posisi duduk atau jongkok.

Tiga hari kemudian polisi mengungkapkan bahwa kerangka manusia tersebut adalah Fitriani. Selanjutnya, polisi menetapkan SH sebagai tersangka kasus pembunuhan terhadap Fitriani.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/24/171336678/faktor-asmara-jadi-pemicu-suami-bunuh-dan-cor-istri-di-lantai-rumah-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com