Salin Artikel

Momen Pesawat TNI AU Jatuh di Pasuruan, Warga Sebut Cuaca Berkabut

KOMPAS.com - Dua pesawat TNI AU jatuh di Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (Jatim), Kamis (16/11/2023) siang. Daerah tersebut merupakan kawasan lereng Gunung Bromo.

Warga setempat menceritakan detik-detik jatuhnya pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano dengan nomor ekor TT-3111 dan TT-3103

Seorang warga, Sukastini, mengatakan, Desa Keduwung pada siang itu berselimut kabut. Sedangkan, cuacanya mendung kehitaman.

Waktu itu, Sukastini dan sejumlah warga sedang beraktivitas di ladang.

"Saya melihat ada dua pesawat dari arah utara. Tapi anehnya, pesawat itu terbang pendek," ujarnya, Kamis, dikutip dari Tribun Jatim.

Beberapa saat kemudian, ia mendengar gemuruh. Tak berselang lama, kecelakaan pesawat terjadi.

Satu pesawat jatuh ke area Gunung Kundi, Kecamatan Lumbang. Sedangkan, satu pesawat lainnya menghantam Bukit Watugedek, di Desa Keduwung.

"Satu pesawat menuju ke arah saya. Saya kebetulan sedang memotong kayu bakar di bukit. Saya pun berlari menyelamatkan diri sembari menangis," ucapnya.

Suami Sukastini, Ponjoyo, menuturkan, selisih waktu dua pesawat TNI AU terjatuh tak begitu lama. Ponjoyo mengaku sempat mendengar ledakan.

"Selisih dua pesawat itu terjatuh tak lama, sekitar 2 menit," ungkapnya.

"Awalnya satu pesawat menabrak Bukit Watugedek. Lalu terdengar ledakan dari pesawat yang jatuh di area Lumbang," tuturnya.

Kala itu, dia sempat memperhatikan ada dua pesawat yang oleng.

"Yang dua oleng, yang paling depan. Terus nggak kelihatan, kelihatan mendung," jelasnya, Kamis, dilansir dari Kompas TV.

Anto mengaku tak mendengar ledakan sewaktu pesawat terjatuh.

"Nggak, nggak. Kalau ledakan nggak ada. Kalau pesawatnya langsung hilang," terangnya.

Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI Angkatan Udara Marsma R Agung Sasongko Jati menjelaskan, sebelum pesawat TT-3111 dan TT-3103 mengalami insiden, kedua pesawat sedang melakukan latihan formasi bersama dua pesawat lain.

Keempat pesawat lepas landas dari Pangkalan Udara (Lanud) Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jatim, pukul 10.51 WIB.

"Kemudian pada pukul 11.18 WIB lost contact saat menerjang awan," bebernya dalam konferensi pers di Gedung Cakrawala Lanud Abdulrachman Saleh, Kamis.

Menurut Agung, saat menerjang awan, dua pesawat berhasil melaluinya. Namun, TT-3111 dan TT-3103 mengalami hilang kontak.

"Saat menerjang awan, kedua pesawat bisa melalui awan. Namun, kedua pesawat lain hilang kontak. Saat dicari dan dikontak, sudah tidak ada balasan lagi," paparnya.

Seusai dua pesawat lainnya kembali ke Lanud Abdulrachman Saleh, TNI mendapat kabar dari warga soal adanya pesawat jatuh.

"Kedua pesawat ditemukan terpisah. Namun sama-sama berada di sisi utara pegunungan," sebutnya.

Dua pesawat TNI AU yang mengalami insiden tersebut masing-masing membawa dua penerbang.

Di pesawat TT-3111, Letkol Pnb Sandhra Gunawan selaku frontseater dan Kolonel Adm Widiono sebagai backseater.

Adapun pesawat TT-3103 ditempati oleh Mayor Pnb Yuda A. Seta sebagai frontseater dan Kolonel Pnb Subhan selaku backseater.

Insiden jatuhnya pesawat TNI AU ini mengakibatkan keempat penerbang meninggal dunia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Imron Hakiki | Editor: Pythag Kurniati)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Cerita Saksi Mata saat Detik-deik Pesawat TNI AU Jatuh di Pasuruan : Pesawat Mengarah ke Saya

https://surabaya.kompas.com/read/2023/11/17/154055978/momen-pesawat-tni-au-jatuh-di-pasuruan-warga-sebut-cuaca-berkabut

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com